Desa Renun berada di Kecamatan Tanah Pinem yang dengan posisi batas di sebelah Timur Desa Mangan Molih dan Kecamatan Lau Baleng (Kabupaten Karo, disebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lau Baleng (Kabupaten Karo), di Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lau Baleng (Kabupaten Karo), di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mangan Molih dan Desa Lau Njuhar I. posisi Desa Renun juga berada di Daerah Aliran Sungai Lau Renun.
Luas Wilayah Desa Renun 10.000 Ha yang terdiri Kawasan Ekosistem Leuser seluas 500 Ha sisanya merupakan lahan pertanian dan permukiman. Masyarakat Desa renun bermata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 90 %, sektor jasa 8 % lain-lainnya sebanyak 2 %.
Penduduk di Desa Renun berjumlah 921 jiwa yang terdiri dari Laki-Laki 421 Jiwa dan Perempuan sebanyak 500 Jiwa atau sebanyak 288 Kepala Keluarga.
Tingkatan pendidikan di Desa Renun terdiri dari tamatan Sekolah Dasar sebanyak 150 jiwa, tamatan SMP sebanyak 210 jiwa, tamatan SMA sebnyak 400 Jiwa, tamatan Diploma 3 dan Strata 1 sebanyak 40 jiwa.
Keagamaan di Desa Renun terdiri dari pemeluk Agama Kriten sebanyak 150 KK, Katolik 50 KK dan Islam sebanyak 88 KK.
Sistem kekerabatan di Desa Renun dapat digambarkan sebagai bentukan budaya akulturasi antar berbagai etnis yang difasilitasi tokoh adat budaya yang disebut dengan "Merga Silima", dan berpijak pada nilai-nilai kesepakatan pemangkunya antara lain Simantek Kuta (Marga Depari), Kalimbubu (Marga Ginting) dan Anak Berru (Marga Tarigan)
Desa Renun juga berada di Kawasan Ekosistem Leuser yang dihubungkan dengan Jalan Negara link Tanah Karo - Dairi - Aceh Tenggara, jarak dari Desa Renun ke jalan negara terbut sepanjang 4 (empat) KM sehingga posisi desa sangat mudah dijangkau.
Potensi Wisata di Desa renun yang sangat menonjol dan viral seperti Lau Timah mulai dikelola tahun 2017 dan menjadi daya tarik tujuan wisata lokal, regional, nasional bahkan mancanegara. selain itu Desa ini juga memiliki banyak potensi wisata yang tidak kalah daya tariknya seperti camping area di kawasan perkebunan sawit, area motocross yang dapat mengintari perbukitan yang sangat menantang, keindahan alam kawasan ekosistem leuser di lihat dari view "Puncak Laurensi", wahana permainan air yang menantang di pantai lau renun.
Atraksi wisata yang dilakukan secara tradisional juga terdapat di desa ini seperti "Loncat Lingling" dimana hampir setiap harinya atraksi ini dilakukan oleh para anak dan remaja sekitar yang melakukan lompatan-lompatan indah dari atas tebing ke lae renun, dan ini mulai di kembangkan oleh desa menjadi sebuah atraksi yang ditawarkan kepada wisatawan, selain ada juga atraksi "Wisata Motocross" dan "Kerja Tahun" yang dikemas menjadi sebuah atraksi menarik, menantang dan patut untuk dijadikan materi pembelajaran budaya lokal desa bagi para wisatawan.
Di bidang kuliner, Desa Renun juga tidak kalah menarik potensinya, hamparan sepanjang sungai renun dihuni ikan asli lae renun yang dinamakan "Gemuh Renun", ikan ini ditangkap dari sungai renun hampir setiap harinya dan di masak dengan bumbu khas desa renun sehingga rasanya memiliki ciri khas dan merupakan andalan utama produk kuliner Desa Renun. di Desa ini juga terdapat perkembangbiakan ayam kampung yang dibesarkan oleh alam dan populasinya meningkat dari waktu ke waktu. ayam kampung ini kemudian diolah (dimasak) menggunakan bumbu khas jagung manis renun sehingga rasanya juga khas dan tidak ditemukan ditempat-tempat lain. Kuliner ini dinamakan "Cipra Manuk". kuliner lainnya yang di produksi dan diperdagangkan yakni "Cih Renun", "Cimpa Unung-unung" dan Kelapa Muda yang ketersediaannya terjamin sehingga para wisatawan akan disuguhkan dengan kuliner ini dan patut untuk dicicipi. Bagi para setiap wisatawan yang berkunjung ke tempat ini akan merasa rugi jika tidak menikmati hidangan kuliner khas desa ini.
Desa renun memiliki potensi tanaman bambu, kelapa dan sawit telah mulai digarap pengembangannya oleh desa untuk produksi souvenir dengan kekhasannya dan diberi nama "Ukat" (sendok) dan dapat dibeli oleh para wisatawan sebagai oleh-oleh pertanda kunjungannya ke desa ini. Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa renun akan merasa kurang lengkap jika tidak "nganting" (membawa) souvenir dari desa ini.
Masyarakat Desa Renun sangat bersahaja, ramah dan menghormati tatanan kehidupan gotongroyong, bagi para setiap wisatawan yang berkunjung ketempat ini akan merasa rugi jika tidak mempelajari sistem kekerabatan yang ada di desa ini dan disuguhkan tempat penginapan (homestay) dengan harga terjangkau, sehingga wisatawan akan ditantang untuk menikmatinya sambil belajar tatanan kehidupan masyarakat di desa ini.
Semua produk-produk wisata dan homestay yang ada didesa ini telah mulai mengedepankan pelayanan dengan nilai bersih, sehat, nyaman dan aman, serta keberlanjutan lingkungan hidup sebagai nilai utama pengembangan desa wisata ini.
Kelembagaan pengelola desa wisata juga mulai dikuatkan perannya oleh pemerintah desa. Kelembagaan ini dinamakan Kelompok Sadar Wisata yang terus bekerja dan bekerja bersama masyarakat seperti gotongroyong pemeliharaan spot-spot wisata dan menjadi tour guide bagi para wisatawan sehingga pelayanan bagi para wisatawan menjadi semakin baik.
Kunjungan wisatawan ke Desa Renun meningkat di dua tahun awal yaitu tahun 2018-2019 dan dipertengahan tahun 2020 mulai menurun dikarenakan adanya himbauan penutupan obyek wisata oleh karena covid-19 sehingga mulai pertengahan tahun 2020 sampai tahun 2021 pengunjung (wisatawan) menurun drastis, dan pada tahun 2022 kembali mulai dikunjungi wisatawan walaupun masih terbatas jumlahnya. Data kunjungan wisatawan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Tahun 2018 jumlah pengunjung 30.000 jiwa, (laki-laki 14.000 jiwa dan perempuan 16.000 jiwa) berasal dari Kabupaten Karo, Dairi dan berbagai kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam; Tahun 2019 jumlah pengunjung sebanyak 37.800 jiwa (Laki-laki 19.800 jiwa dan perempuan 18.000) yang berasal dari Kabupaten Karo, Medan, Langkat, Simalungun, Dairi, berbagai kabupaten Propinsi Naggoroe Aceh Darusalam dan mancanegara (Australia) sebanyak 10 jiwa; Tahun 2020 jumlah kunjungan sebanyak 5.400 jiwa (laki-laki 3.300 jiwa dan perempuan 2.100 jiwa) yang berasal dari Kabupaten Karo, Simalungun Dairi dan Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam; pada tahun 2021 jumlah kunjungan sebanyak 1.550 jiwa (laki-laki 575 jiwa dan perempuan 975 jiwa) yang berasal dari Dairi, Tanah Karo dan sebagaian kecil dari Propinsi NAD).
Perjalanan selama kurang lebih lima tahun, pengembangan pariwisata di Desa Renun sudah mulai bergeliat melalui peran pemerintah desa bersama masyarakatnya sehingga pada tahun 2022 desa ini ditetapkan menjadi Desa Wisata di Kabupaten Dairi agar pengembangan lebih tersistematis dan terstruktur untuk pariwisata renun berkelanjutan, mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat dan Pendapatan Asli Desa.