Desa Pela merupakan salah satu desa yang berada di pinggir sungai Mahakam yang sebagian besar penduduknya adalah sebagai nelayan air tawar dan uniknya, dari 12 desa yang ada dengan mayoritas etnis Kutai sedangkan satu-satunya penduduk dengan mayoritas etnis banjar di Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Masyarakat Desa Pela terbagi atas 6 RT dengan jumlah 175 kepala keluarga serta 598 jiwa. Dari letak geografis, desa sebelah utara berbatasan dengan desa Muhuran, sebelah selatan desa Sangkuliman, sebelah barat dengan desa Semayang, dan sebelah timur dengan desa Liang Ulu.
Sesuai dengan Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 250/SK-BUP/HK/2019 tentang lokasi desa wisata
Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam diktum keputusannya disebutkan bahwa desa Pela ditetapkan sebagai desa wisata dengan berbasis wisata Sungai dan danau dengan ekosistem Mamalia Langka pesut Mahakam Atau lumba-lumba air tawar. Wisata danau adalah karena letak geografis desa yang berada di dekat danau semayang. Selain itu, hampir 95% Mayarakat berprofesi sebagai nelayan. maka aktifitas masyarakat yang didominasi oleh penangkapan ikan, sangat bergantung pada keberadaan sungai Pela dan danau Semayang. Desa wisata pela juga menjadi daerah Kawasan konservasi perairan dan kawasan ekonomi esensial untuk keberlangsungan dan Kelestarian Pesut Mahakam.
Pesut Mahakam adalah Spesies mamalia Yang hidup di air tawar . Pesut mahakam Termasuk katagori hewan yang dilindungi karna keberadaan hanya sekitar 80 ekor di Sungai Mahakam, sedangkan yang sering melewati jalur Sungai Pela ada sekitar 20 ekor.
Sejarah Desa Terbentuknya Nama Desa Pela ada 2 suku yang pertama kali datang yaitu dari suku banjar dan suku bugis.
Sejarah Datang Nya suku Banjar ke desa pela yaitu akibat perperangan raja banjar sehingga mata pencaharian mereka terganggu. maka mereka memutuskan merantau ke kalimantan timur tepatnya di desa pela untuk lari dari Perperangan . hal ini juga diistilahkan dengan kata PELARIAN oleh suku banjar. sedangkan
sejarah suku bugin datang ke desa pela yaitu untuk mencari ikan dan menjadi nelayan.
Desa Pela Pada saat itu mengalami kemarau panjang dan cuaca nya sangat panas maka orang bugin menyebut dengan MaPELAi ( Panas )
Semakain Tahun Penduduk semakin Bertambah Hingga Tiba Dimana Kepala Suku Banjar dan Bugis Ingin menamai kampung. lalu diadakan Musyawarah. suku banjar ingin menamai kampung dengan nama PELArian Sedangkan suku bugis ingin Menamai kampung Dengan Nama maPELAi. maka kepala suku bersepakat untuk mengambil jalan tengah Yaitu agar Nama yang diusulkan Diambil Dengan Nama PELA saja. karna PELA dari PELArian bisa masuk Dan Dari maPELAi juga bisa. dan akhirnya Semua Bersepakat Menamai Kampung Dengan Nama “ PELA ”