Desa Wisata Japan secara resmi terbentuk dengan diterimanya SK dari Bupati Kudus HM. Hartopo pada Launching Desa Wisata Japan di Balai Desa Japan. Dibawah Pokdarwis Paridjotho, Desa Wisata Japan menjadi salah satu andalan Desa Wisata Kudus di zona Pegunungan Muria. Seperti pada umumnya pedesaan di Muria, Japan mempunyai banyak hal unik, baik itu dari kontur geografis pegunungan dengan iklim sejuk, kehidupan sosial budaya, perkebunan kopi, jeruk pamelo, dan alpukat, maupun dari sisi sejarah dan religi.
Sebagai salah satu desa tertinggi di Kudus, Japan menawarkan pemandangan hijau pegunungan, lembah, sungai jernih dengan air terjunnya, yang secara visual merata hampir di setiap titik. Ada air terjun Monthel, Geger, kedhung Paso, yang bersumber dari Mata Air Tiga Rasa di Rejenu. Salah satu tempat yang juga menjadi destinasi religi dengan adanya Makam Syech Hasan Sadzali, salah satu tokoh penyebar Islam di Muria. Mendampingi destinasi religi yang lain seperti petilasan Mbah Surogonjo dan juga Nyai Wandansari. Menjadi satu paket kunjungan tersendiri dengan Makam Sunan Muria yang berjarak hanya 1.5 Km dan bisa ditempuh kurang dari 10 menit. Rejenu juga menjadi pos pendakian menuju Puncak Argopiloso dan Argo Jembangan, salah satu puncak tertinggi di pegunungan Muria.
Pemandangan hijau Japan terbentuk dari ratusan hektar hutan tropis dengan keasrian yang masih terjaga di lingkaran luar perkampungan sampai dengan puncak-puncak pegunungan. Dibawahnya hamparan perkebunan kopi, yang hingga saat ini terkenal dengan Kopi Muria, dan sudah ada sejak jaman Belanda. Menjadi salah satu produk pokok penghidupan warga, tak heran jika kita bisa menemukan hampir di setiap rumah selalu ada pengolahan biji kopi.
Dari sekitar 317 Ha luas Japan, hampir sepertiganya adalah area perkebunan, dan didominasi oleh kopi. Menghasilkan lebih dari 200 ton per musim, disusul dengan hasil kebun lainnya seperti Pamelo, Alpukat, Cengkeh, dan lain-lain. Area terluas adalah di seputaran Guyangan Camping Ground hingga Mlalu.
Dengan kontur pegunungan dan material tanah merah, Japan tak pernah kekeringan. Hal ini juga didukung oleh pengairan dari beberapa sumber mata air di puncak, yang diedarkan hingga ke perkampungan. Selain sebagai pengairan lahan, dari mata air pegunungan juga dialirkan dengan pipa ke rumah-rumah warga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Jernih, mengandung mineral tinggi, dan juga melimpah tak pernah kekurangan.
Desa Wisata Japan juga terdapat beberapa homestay, yang hampir semua menyuguhkan pemandangan indah dengan keseharian pemilik rumah dengan nuansa sederhana nan ramah. Pengunjung bisa menginap sembari menikmati kegiatan pemilik rumah dalam bertani dan mengolah kopi, membuat kerajinan, maupun sekedar berpetualang menikmati kuliner khas Japan. Selain Jeruk Pamelo yang ada di setiap rumah dan bisa dinikmati kapan saja, olahan kuliner Japan juga unik. Pecel Pakis, sambel Pacar, Kulup Nayadhita, dan lain-lain. Tak lupa juga beberapa kedai kopi yang selain menawarkan olahan kopi Muria, pengunjung juga bisa mengikuti aneka kegiatan dari mulai memetik dan menjemur hingga menjadi green bean, sampai dengan memasak kopi hingga sampai bisa dinikmati.
Bulan Maret sampai September menjadi waktu terbaik untuk berkunjung di Desa Wisata Japan. Meski, diluar itu, waktu penghujan pun hamparan hijau dan aktifitas pertanian kebun tak kalah menarik untuk diekplorasi, karena hampir seluruh jalan desa sudah tersentuh aspal hotmix.
Musim kemarau memungkinkan kita untuk menjelajahi aliran sungai, air terjun, maupun naik ke puncak gunung. Atau bahkan hanya sekedar melihat sunset sembari camping menikmati pemandangan Kota Kudus di malam hari dari ketinggian. Juni dan Agustus kita bisa seharian mencium aroma wangi bunga kopi semerbak di seluruh pelosok desa. Suasana tenang dengan aromatheraphy dihembus angin sepoy diiringi ocehan burung Cucak, Podang dan lengkingan Elang Jawa yang semakin langka di ketinggian.
Ada dua jalur akses menuju Desa Wisata Japan, dengan tipikal yang hampir sama. Jalan aspal hotmix naik turun berkelok khas pegunungan dengan kemiringan tanjakan 20 sampai 40 derajat. Sudut yang cukup menguras tenaga mesin kendaraan, namun terbayar dengan pemandangan indah kanan kiri jalan, lembah hijau dan puncak gunung di kejauhan.
Jalur timur melalui Pati - Gembong - Bageng, dengan tipe jalan kelas II, disarankan menggunakan kendaraan dengan besaran maksimal microbus atau elf/hiace. Untuk bigbus ada kesulitan di belokan maupun ketika sisipan. Jalan menanjak dengan pemandangan pertanian, mulai dari ubi, ganyong, dan lengkuas. Dataran sedang dengan pohon kapuk besar di kanan kiri, yang kapasnya jatuh beterbangan saat buahnya tua di bulan Agustus September. Seperti lorong menuju dunia fantasi dengan puncak pegunungan Muria menunggu di depan.
Sisi lain yang juga jalur utama melewati barat, Kudus Kota - Dawe - Colo. Merupakan jalan akses yang lebih besar, dan merupakan jalur pariwisata religi ziarah Sunan Muria. Biasa dilewati bigbus meski hanya sampai Terminal Colo. Akses lanjutan adalah jalan kelas II sepanjang 1.5km menuju Japan.
Di Desa Japan terdapat beberapa titik parkir, dengan titik terluas adalah di depan Sekretariat Pokdarwis dalam kawasan Balai Desa Japan.