Terdapat salah satu desa yang berada di wilayah Kabupaten Klaten yaitu bernama Desa Ngerangan. Desa Ngerangan memiliki potensi yang dikembangkan oleh Pemerintah Desa bersama warganya menjadi Desa Wisata Ngerangan, desa wisata merupakan suatu kawasan yang menawarkan potensi dari keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian dari pedesaan itu sendiri, di mulai dari social budaya, adat istiadat keseharian, memiliki arsitektur dan struktur tata ruang pedesaan yang khas, dan kehidupan sosial ekonomi yang unik serta menarik kemudian mempunyai potensi untuk dikembangkannya dari berbagai komponen kepariwisataan (Sukmana dan Mulyadi 2013). Dari sumber tersebut desa ngerangan menawarkan keseluruhan suasana dan lingkungan aslinya dari segi tata ruang yang khasnya maupun kehidupan sosial ekonomi sehingga Desa ngerangan memiliki keunikan tersendiri dengan daerah yang lain.
Ikon cikal bakal Angkringan dalam sebuah Monumen yang mencerminkan kehidupan sosial ekonomi Desa Ngerangan yaitu sebagian besar penduduk desa bekerja sebagai pedagang angkringan. Warga Desa Ngerangan menjajakan menu angkringan hingga ke luar daerah bahkan saat ini lapak angkringan terkenal hingga penjuru negara. Desa ini merupakan cikal bakal dari pedagang angkringan yang ada sampai sekarang ini.
Karso Dikromo alias Djukut adalah warga Dukuh Sawit, Desa Ngerangan yang mengawali berjualan makanan dan minuman menggunakan pikulan tumbu di Kota Solo. Beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintah desa bersama masyarakat dalam menetapkan Desa Ngerangan sebagai cikal bakal angkringan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah membuat Monumen cikal bakal angkringan yang telah diresmikan oleh Bupati Klaten Sri Mulyani pada tanggal 26 Februari tahun 2020. Monumen ini telah menjadi ikon Desa Ngerangan akan tetapi keberadaan Monumen ini belum dapat dioptimalkan dikarenakan belum adanya manajemen terstruktur yang mengolah keberadaan monumen ini untuk dijadikannya Desa Ngerangan sebagai desa wisata.
Pengembangan Desa Wisata Ngerangan telah dirintis beberapa warga di Desa Ngerangan, yaitu objek wisata yang berbeda dari daerah, secara swadana warga desa menambah tujuan wisata yang dapat dilihat selain Monumen Cikal Bakal Angkringan:
Kampung dolanan ini menyajikan sebuah permainan tradisional yang saat ini sudah beberapa ditiinggalkan seperti egrang, egrang batok, bakiak, bandulan, dakon, ular tangga, gateng dan lainnya. Diharapakan kampung dolanan seperti ini bisa menjadi tempat edukasi tradisional bagi para wisata yang mau berkunjung karena pada zaman sekarang sudah maraknya permainan modern. Banyak manfaat yang didapatkan dari kemampuan kerjasama, membangun strategi, karakter dan sebagainya, ini semua dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk mempelajari permainan-permainan tradisional
Suatu kegiatan pentas seni budaya dari kampung ini berupa sanggar gamelan dan sanggar tari, yang bisa menjadi potensi untuk dilestarikan serta edukasi. Pada masa dahulu kampong ini sering mengadakan pentas ketoprak atau pun wayang orang bersambung yang bias disaksikan oleh pengunjung dalam dalam suatu tempat pementasan yang disekat ditempat yang lapang dan pemainnya sebagian besar dari kampong ini.
Paket wisata yang menawarkan area outbond dan camping ground dengan lingkungan yang masih asri dan ciri khas dari area ini sangat cocok bagi para wisatawan yang ingin sekedar melepas penatnya rutinitas setiap hari. Wisata bisa bersantai menikmati pemandangan lereng gunung sambil melakukan aktivitas permainan di luar ruangan.
Suatu Tempat dengan berbasis warga melayani berbagai tamu dari dalam maupun luar kota. Wisatawan dapat menikmati keindahan alam pedesaan sepanjang hari. Dengan menggunakan sepeda, wisatawan dapat mengeksplor berbagai objek wisata di area Desa Ngerangan
Tempat yang menjual makanan pecel dengan varian menu pecel, Kampung ini juga memiliki area dengan wisata outbond Desa Ngerangan sehingga Ketika wisatawan yang berkunjung sudah merasa Lelah karena kegiatan outbond, mereka bisa langsung menyantap hidangan pecel yang sudah di pesan.
Salah satu destinasi baru yang menyediakan makanan khas berupa olahan Tiwul, dan menjadi tempat wisata kuliner yang murah dengan konsep gotong royong karena pengelolanya dari warga yang digilir dalam masak dan melayani pengunjung.
Ada di tiap RT yang berjumlah 32 RT dengan konsep one village one produk dimana tiap RT yang dimotori ibu-ibu PKK membuat produk unggulan dari olahan tertentu yang diolah menjadi beberapa varian produk olahan Kuliner.
Tempat pengolahan sampah desa yang dikonsep menjadi wisata edukasi dalam pemanfaatan sampah dan pengolahannya menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai jual.