Sembilan penari, berkostum hitam dan putih, dengan keranjang berbalut kain putih digendong di punggung, berjalan pelan di antara hamparan pohon teh di Dusun Gondangrejo, ,
Gerak tubuh mereka menggambarkan aktivitas pemetik daun teh. Pekerjaan yang banyak digeluti kaum wanita di wilayah yang p didominasi hamparan perkebunan teh, yang sebagian juga dilibatkan dalam tarian.
Dalam aktivitasnya, pemetik teh harus berhadapan dengan hama pengganggu tanaman, yang harus disingkirkan. Hama itu digambarkan oleh enam bocah laki-laki berkostum ala demit.
Di akhir kisah, hama pengganggu itu berhasil dimusnahkan dan kemurnian daun teh tetap terjaga. Begitu pula dengan ekosistem lingkungan tetap terpelihara.
Berkah dari pohon teh, yang telah menciptakan udara segar dan akarnya mampu menyimpan 70 liter air per pohon, hingga ekosistem di Kemuning tetap terjaga. Masyarakat bersyukur atas segala anugerah yang dilimpahkan
Dalam tari tersebut, dikisahkan adanya tiga pucuk utama dari pohon teh, yang menghasilkan teh dengan kualitas terbaik
Tiga pucuk itu mengandung makna, agar manusia selalu mengingat Sang Khalik, alam sekitar dan sesama manusia. Sehingga kehidupan akan berjalan harmonis