Berikut adalah beberapa ciri khas dan proses pembuatan topeng batik kayu:
Pengukiran Kayu: Pertama-tama, seorang pengrajin akan memilih kayu yang sesuai untuk diukir. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu jati atau kayu mahoni karena kekuatannya dan kemudahan untuk diukir. Selanjutnya, kayu tersebut akan diukir dengan tangan menggunakan berbagai jenis pahat dan alat ukir lainnya untuk membentuk wajah atau bentuk-bentuk lain sesuai dengan desain yang diinginkan.
Penghalusan dan Penyempurnaan: Setelah kayu diukir, topeng akan dihaluskan dan dipoles untuk menciptakan permukaan yang rata dan halus. Bagian-bagian yang kasar akan dihaluskan dengan kertas amplas dan kayu kemudian akan diberi lapisan pelindung seperti minyak atau lak untuk mengkilapkan permukaan.
Motif Batik: Setelah proses pengukiran selesai, topeng akan dihias dengan motif batik. Motif batik dapat diaplikasikan ke permukaan kayu menggunakan berbagai teknik pewarnaan khas batik, seperti canting atau cap. Motif batik yang umum digunakan meliputi motif bunga, daun, hewan, atau motif geometris tradisional.
Penyelesaian dan Finishing: Setelah motif batik selesai diaplikasikan, topeng akan dijaga agar motifnya tetap terlihat tajam dan jelas. Beberapa topeng kemudian dapat ditambahkan dengan elemen dekoratif lain seperti hiasan manik-manik, ukiran tambahan, atau cat warna untuk memberikan detail tambahan.
Topeng batik kayu tidak hanya dianggap sebagai barang seni dekoratif, tetapi juga memiliki makna spiritual dan budaya dalam tradisi Jawa. Mereka sering kali digunakan dalam berbagai upacara adat, pertunjukan seni, atau sebagai hiasan di rumah-rumah untuk membawa keberuntungan dan melambangkan kekuatan atau karakter tertentu.