MAKAM syekh abdul majid atau makam petta
bulu matanre juga terletak di ujung dan puncak
desa mattabulu, makam ini telah menjadi salah
satu situs budaya yang ada di kabupaten soppeng
dan di situs inilah menjadi tempat puncak acara
pattaungeng di desa mattabulu, dahulu di desa
ini terdapat sebuah kerajaan yang bernama
kerajaan bulu matanre Benda-benda yang
menyimbolkan sebuah kerajaan di Bulu
Matanre dahulunya hanya sebuah benda pusaka
Mattudang-tudang ialah tahapan pertama dalam ritual Pattaungeng tersebut, dalam
tahapan pertama ritual Pattaungeng ini seluruh warga desa, sanro wanua serta pemegang
kunci makam Petta bulue hadir duduk berkumpul untuk merembukkan mengenai hal apa
saja yang akan di lakukan pada tahun ini, mulai dari tanaman yang layak ditanam untuk
tahun ini agar tanaman tersebut dapat memakmuran kehidupan masyarakat setempat,
Selain itu ada juga kebudayaan serta adat istiadat di desa ini yang amat panjang yang
dilakukan satu kali dalam setahun yang di sebut dengan ritual Pattaungeng, ritual
tersebut dilakukan secara bertahap dan rangkaian kegiatan yang berurutan serta tidak
boleh tertukar dari urutan-urutan yang sudah ada, kegiatan ini saling berkesinambungan
satu sama lain, mulai dari kegiatan tahap awal sampai akhir, kegiatan ini di pimpin oleh
pemangku adat atau Sanro Wanua (orang pintar yang mengerti tentang keadaan desa)
serta pemegang kunci makam Petta Bulu Matanre yang di ikuti oleh seluruh masyarakat
setempat, dalam rangkaian kegiatan tersebut di lakukan selama satu bulan penuh dan
kegiatan ini di lakukan diantara Bulan 9 dan 10.
Dari situs Bulu Matanre yang bersejarah inilah yang melahirkan beberapa adat istiadat
serta kebudayaan pada masyarakat setempat di Desa mattabulu yang menarik di
karenakan proses-proses ini masih tetap berlandaskan agama islam tanpa mengesamping-
kan kebudayaan dan adat istiadatnya karena semua di mulai dari niat dan keyakinan serta
berlandaskan dengan rasa terima kasih kepada sang pencipta akan hasil kebun yang dapat
memakmurkan masyarakat desa, adapun adat istiadat yang sering dilakukan ialah
melakukan siarah ke makam Petta Bulu Matanre, pesiarah biasanya berasal dari
keturunan Petta Bulu Matanre, serta kebiasaan orang tua yang dari dulu sering bersiarah
sehingga menjadi turun temurun ke anak cucunya. Bukan hanya dari keturunan Petta
Bulu Matanre yang sering bersiarah, akan tetapi banyak pula orang dari luar daerah
yang sering memimpikan atau di beri petunjuk untuk bersiarah di makam ini.
Dalam situs ini terdapat makam petta bulu matanre, pemimpin kerajaan bulu matanre.
Petta berarti orang yang dituakan, pemangku adat serta sebagai pemimpin hampir sama
halnya dengan nama Matowa.
yang sangat di sakralkan seperti badik atau keris serta panji-panji. Kerajaan yang
makmur, dikarenakan mempunyai sumber mata air atau sungai yang besar. Dahulu
kerajaan yang mempunyai sumber mata air dan berada di dekat aliran sungai besar
merupakan simbol tirta kerajaan yang dapat memakmuran rakyatnya. Dalam situs ini terdapat makam petta bulu matanre, pemimpin kerajaan bulu matanre.
Petta berarti orang yang dituakan, pemangku adat serta sebagai pemimpin hampir sama
halnya dengan nama Matowa. Dari situs Bulu Matanre yang bersejarah inilah yang melahirkan beberapa adat istiadat
serta kebudayaan pada masyarakat setempat di Desa mattabulu yang menarik di
karenakan proses-proses ini masih tetap berlandaskan agama islam tanpa mengesamping-
kan kebudayaan dan adat istiadatnya karena semua di mulai dari niat dan keyakinan serta
berlandaskan dengan rasa terima kasih kepada sang pencipta akan hasil kebun yang dapat
memakmurkan masyarakat desa, adapun adat istiadat yang sering dilakukan ialah
melakukan siarah ke makam Petta Bulu Matanre, pesiarah biasanya berasal dari
keturunan Petta Bulu Matanre, serta kebiasaan orang tua yang dari dulu sering bersiarah
sehingga menjadi turun temurun ke anak cucunya. Bukan hanya dari keturunan Petta
Bulu Matanre yang sering bersiarah, akan tetapi banyak pula orang dari luar daerah
yang sering memimpikan atau di beri petunjuk untuk bersiarah di makam ini. Selain itu ada juga kebudayaan serta adat istiadat di desa ini yang amat panjang yang
dilakukan satu kali dalam setahun yang di sebut dengan ritual Pattaungeng, ritual
tersebut dilakukan secara bertahap dan rangkaian kegiatan yang berurutan serta tidak
boleh tertukar dari urutan-urutan yang sudah ada, kegiatan ini saling berkesinambungan
satu sama lain, mulai dari kegiatan tahap awal sampai akhir, kegiatan ini di pimpin oleh
pemangku adat atau Sanro Wanua (orang pintar yang mengerti tentang keadaan desa)
serta pemegang kunci makam Petta Bulu Matanre yang di ikuti oleh seluruh masyarakat
setempat, dalam rangkaian kegiatan tersebut di lakukan selama satu bulan penuh dan
kegiatan ini di lakukan diantara Bulan 9 dan 10. Mattudang-tudang ialah tahapan pertama dalam ritual Pattaungeng tersebut, dalam
tahapan pertama ritual Pattaungeng ini seluruh warga desa, sanro wanua serta pemegang
kunci makam Petta bulue hadir duduk berkumpul untuk merembukkan mengenai hal apa
saja yang akan di lakukan pada tahun ini, mulai dari tanaman yang layak ditanam untuk
tahun ini agar tanaman tersebut dapat memakmuran kehidupan masyarakat setempat, serta membicarakan tentang pembersihan
Ulu Salo (sumber air yang menjadi sungai.
yang ada di desa mattabulu yang mengaliri
perairan di Soppeng). Serta pembersihan mata
air yang berada di sekitar kerajaaan bulu
matanre yang menjadi situs saat ini, sebab
menurut pemegang kunci makam Petta Bulu
Matanre sumber air ini menjadi gerbang
kerajaan Bulu matanre pada masanya. Massampo wanua atau lebih sering di sebut dengan mattolabala yaitu tahapan kedua
yang di percayai untuk melindungi desa dari wabah penyakit atau musibah yang
dilakukan di 4 penjuru desa atau sering juga di artikan sebagai eppa sulapa (4 sudut atau
4 unsur yaitu air api tanah dan angin), mengapa hal ini menjadi penting di karenakan kita
diciptakan dari tanah pasti ada juga ciptaan tuhan yang diciptakan dari 4 unsur lainnya
yang tidak terlihat. Setelah melakukan rangkaian kegiatan mattolabala dilanjutkanlah dengan kegiatan
Mabbeppa pattaungeng (membuat kue tahunan) tahapan inilah yang membuat semua
masyarakat berkumpul lebih banyak untuk membuat kue serta membuat masakan untuk
para masyarakat yang berkumpul dalam rangkaian acara adat ini. Uniknya ketika acara
ini berlangsung rumah rumah pasti kosong dan semua masyarakat berkumpul di suatu
tempat yang ada di desa, kegiatan ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi. Dilanjutkanlah dengan kegiatan akasiange yaitu memandikan orang orang yang pernah
terjangkit penyakit agar tidak sakit lagi di sumber mata air yang berada di dekat situs
Bulu matanre. Setalah semua rangkaian berakhir dilanjutkanlah dengan pattaungeng. Pattaungeng / tudang sipulung inilah rangkaian terakhir atau puncak acara yang
dilakukan di situs Bulu matanre yang menjadi cagar budaya yang ada di desa ini, setelah
bersiarah dan mengirimkan doa kepada leluhur di makam Petta Bulu Matanre dan Tuan
Lonrong, dalam pattaungeng inilah terdapat banyak keunikan yang di lakukan antara lain
makan bersama dengan seluruh masyarakat desa mattabulu di situs bulu matanre. Tidak hanya itu, keseruan pattaungeng ini juga di meriahkan dengan berbagai permainan
rakyat serta kesenian tradisional. Adapun jenis – jenis permainan rakyat dan kesenian
tradisional diantaranya ma gasing, mallogo, mattojang, dan mappadendang serta oni–
oni toriolo yang menjadi kesenian tradisional dan menjadi tanda bahwa acara pattaungeng
telah di mulai dan untuk mengumpulkan warga desa serta sebagai kemeriahan puncak
pattaungeng. Teknologi tradisional pernah ada di mattabulu yaitu menumbuk padi memakai lesung
kayu yang memanjang yang berguna memisahkan kulit padi, dilakukan oleh perempuan
dan tidak boleh dilakukan oleh laki laki, sekarang teknologi tradisional ini bertransisi
menjadi kesenian tradisional yaitu mappadendang, selain tradisi mappadendang kesenian
tradisional yang ada yaitu oni-oni toriolo
atau bunyi-bunyian orang dulu yang masih
dilestarikan sampai sekarang, oni-oni
toriolo ini terdiri dari berbagai alat musik,
seperti ; mandolin, gambus, serta goccang-
goccang. Kesenian ini juga menjadi
kegiatan rutin setiap minggu dan dilakukan
semalam suntuk di Desa Mattabulu agar
kesenian ini tetap terjaga untuk generasi
kedepannya. Itulah budaya dan keunikan yang terdapat di Desa mattabulu yang mempunyai sejarah
serta identitas yang amat kuat, di tambah dengan objek pemajuan kebudayaan yang kaya
serta adanya situs Bulu matanre yang juga menjadi cagar budaya dan ikon Desa
mattabulu saat ini, selain itu desa mattabulu juga mempunyai lembaga adat yang siap untuk menjaga
kebudayaan kesenian serta kearifan lokal yang ada di desa untuk menjadi aset kedepan
kepada anak cucu mereka. Mattabulu juga menjadi desa wisata yang terbukti dengan adanya wisata lembah cinta
dan air terjun liu pangie yang sering di kunjungi oleh wisatawan lokal maupun
wisatawan dari luar daerah. Adanya bumdes pada ati mattabulu yang juga menjadi ujung
tombak pemajuan desa mattabulu dengan produksi kopi yang mempunyai aroma dan cita
rasa khas Desa Mattabulu yang dapat bersaing. Terwujudnya ekonomi kreatif di desa ini
dapat juga menjadi pewarisan untuk kemajuan desa kedepannya, itulah mengapa desa ini
sangat mampu menjadi desa yang berperadaban serta berbudaya dan juga dapat menjadi
desa milenial seiring perkembangan zaman yang tetap menjaga kearifan lokalnya.
Salam Budaya.