Keberadaan Lembu Putih yang disucikan ini berkaitan erat dengan kedatangan Ida Rsi Markandeya di abad ke-7 dari Gunung Raung, Jawa Timur. Setelah beliau menanam Panca Datu (lima jenis logam mulia yang biasanya ditanam sebelum membangun pura) di Pura Basukian, beliau mulai merambas hutan dan mendirikan parhyangan Pura Agung Gunung Raung di Desa Taro. Lembu Putih dipercaya telah dibawa olehnya dari India sebagai sarana upacara Yadnya. Karena alasan ini, Lembu Putih disakralkan oleh masyarakat setempat dan harus ada pada upacara besar.
Pada Lembu Putih Taro terdapat warisan sejarah Duwe Lembu Putih, yaitu sekitar 56 ekor lembu yang disakralkan dan disucikan oleh masyarakat setempat. Selain itu, juga terdapat taman ruang terbuka hijau yang sangat luas dan asri serta areal bermain anak-anak, bale bengong dan Wantilan Sarbaguna. Pengunjung dapat berswa foto dengan Duwe Lembu Putih dan areal taman serta bermain di playground taman. Selain itu, banyak warga yang datang ke tempat ini untuk melakukan pengobatan alternatif dengan memohon keselamatan atau kesembuhan kepada Ida Bhatara Shiwa (pemilik duwe lembu putih). Terdapat beberapa fasilitas penunjang pada Lembu Putih Taro diantaranya tempat parkir, ruang pertemuan (wantilan), 2 buah bale gong, Nandini Resto, 2 toilet serta terdapat beberapa fasilitas akomodasi berupa homestay dan villa di sekitar objek. Kedepannya akan dibangun 3 cottage dan tambahan 2 toilet dalam areal Lembu Putih Taro.