Semenjak adanya perajin yang mengikuti pelatihan dan pengalaman kerja mereka sebelumnya, para perajin dari Desa Menyali mulai berani mengembangkan produk yang lebih beragam kombinasi bahan dasar aluminium dengan bahan kayu dan rotan. Pemasaran kerajinan aluminum ini tidak hanya di sekitar desa saja, namun sampai ke luar daerah. Di Bali, daerah yang menjadi konsumen dari produk kerajinan bokor ini adalah Denpasar, Ubud dan Sukawati. Tidak hanya di Bali dan Indonesia, kerajinan bokor ini bahkan sudah dipasarkan oleh salah satu pengerajin sukses hingga ke negara lain seperti, Eropa, Chili, dan Argentina. Produk-produk kerajinan yang dihasilkan yang mulanya hanya sarana upacara keagamaan, sejak saat itu menjadi lebih banyak ragamnya. Saat ini diperkirakan sudah 162 model kerajinan sudah dihasilkan misalnya tempat alat tulis, tempat sampah, tempat tisu, tempat buah, aneka lampu hias dan taman, tempat cermin, souvenir-souvenir, asesoris, hiasan untuk keperluan villa dan hotelhotel serta berbagai macam produk lainnya. Jenis dan ukuran masing-masing bokor dan kerajinan aluminium ini berbeda dari yang paling kecil hingga yang terbesar, hal ini disesuaikan dengan orang yang memesan. Motif dari masing-masing kerajinan juga berbeda, dengan itu semakin menambah keindahan kerajinan aluminium ini. Pembuatan motif dari kerajinan aluminium ini tidak dengan menggunakan cetakan namun dibuat dengan cara tradisional yaitu tangan sendiri. Bentuk motif yang dipahat pada aluminium ini teratur menggunakan alat alat seperti palu, paku dan alat-alat lainnya. Dari sisi harga produk, harga produk kerajinan ini bervariasi tergantung tingkat kesulitan, besar kecil dan kualitasnya, ada kualitas ada harga. Namun tidak memungkiri jika pemesan ingin menyesuaikan kualitas sehingga harga bisa diturunkan. Adapun harga dari termurah mulai ornament untuk hotel Rp. 250 per pieces dan tertinggi yakni kap lampu Rp. 225.000,- per buah.