Secara Geografis Desa Lampenai Terletak 48 Km Dari Ibu Kota Kabupaten Dan 100 M Dari Ibu Kota Kecamatan,dengan Luas Wilayah 22.031 Km² Dengan Batas Wilayah : Sebelah Timur Berbatasan Dengan Dengan Desa Maramba,desa Rinjani, Desa Tabaroge Serta Desa Madani, Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Teluk Bone, Sebelah Barat Berbatasan Dengan Desa Bawalipu,Desa Aro Lipu, dan Sebelah Utara Berbatasan Dengan Desa Tarengge. Lampenai merupakan daerah pertama Batara Guru di Luwu, yang Mana Palopo sebagai ibukota Kerajaan Luwu yang di pimpin oleh Datu Luwu Andi Jemma. Selanjutnya sejak tahun 1909 sebagai awal dimulainya sejarah Lampenai sejak itu di sebut dengan istilah Kampung Wotu, yang mana awalnya di kepalai oleh To Waju, selanjutnya di gantikan oleh To Setta’ selanjutnya di kepalai oleh To Wenna, dan periode ketiga kepala kampung tersebut berjalan hingga tahun 1949. Setelah lahirnya undang-undang yang mengatur tentang daerah otonomi, dengan sendirinya semua distrik telah di bubarkan secara resmi oleh pemerintah, lalu Lampenai yang masih berstatus kampung setelah melalui tahap demi tahap mengusulkan dan memutuskan Lampenai menjadi Desa, sehingga pada tahun 1966 secara defenitif Desa Lampenai resmi terbentuk dan Desa tertua yang masuk wilayah Kecamatan Wotu sampai saat ini. Desa lampenai juga dikena dengan bahasa asli Wotu, yang mana bahasa tersebut merupakan bahasa keseharian masyarakat asli DesaLampenai, Desa Lampenai juga sampai saat ini masih menyisahkan sejarah, yakni Sumur tua, Tanah Bangkala’e, dan pohon Malilue. Selain ketiga sejarah tersebut, terdapat salah satu seni asli yang sampai saat ini masih sering dilakukan masyarakat Desa Lampenai terutama saat acara-acara besat di Kecamatan Wotu yaitu Tari Kajangki yang berarti tarian kemenangan oleh Masyarakat di kecamatan Wotu pada umumnya dan Terkhusus di Desa Lampenai.
Belum ada homestay