Mengenal lebih dekat Kecamatan Silahisabungan tidak dapat dilepaskan dari “Tugu Makam Raja Silahisabungan”, tugu ini berdiri menjulang setinggi kurang lebih 30 meter di pinggiran Tao Silalahi Desa Silalahi III. Tugu Raja Silahisabungan didirikan keturunya dan menjadi ikon Kecamatan Silahisabungan dan sebagai tempat agenda ritual tahunan oleh keturunannya dan diselenggarakan secara berurutan masing-masing marga keturunan raja silahisabungan dan dilaksanakan setiap tahun pada Bulan Nopember, kala penyelenggaraan “Pesta Partangiangan dan Budaya Luhutan Bolon Silahisabungan, dihadiri ribuan keturunan Raja Silahsiabungan anak, boru, bere dan ibebere sedunia dan menjadi ajang silaturahmi mempersatukan keturunannya dari semua penjuru, sekaligus menjadi agenda atraksi budaya tahunan Desa Silalahi III.
Desa Silalahi III berbatasan dengan sebelah Utara Desa Paropo, sebelah Selatan Desa Silalahi I, sebelah Timur Danau Toba dan sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung. Memiliki jumlah penduduk 1.161 jiwa yang terdiri dari laki-laki 588 jiwa, perempuan 573 jiwa atau 302 Kepala Keluarga dengan luas lahan pertanian 104 Ha, hutan lindung 537 Ha, luas area permukiman 50 Ha, total keseluruhan luas desa ini 691 Ha. Panjang pantai Desa ini sekitar 3000 meter yang membentang dari Desa Silalahi II sampai Desa Paropo.
Desa ini memiliki keindahan yang luar biasa sebagai anugrah Sang Pencipta diantaranya pantai Tao Silalahi, Pulo Silalahi, perbukitan, air terjun dan hamparan areal pertanian nan hijau dan sejuk sehingga layak disandingkan dengan alamiahnya ekosistem taman eden menurut narasi sejarahnya dimasa lalu.
Desa ini memiliki keunikan dan menjadi ciri khas bangunan budaya yang di jadikan sebuah atraksi seperti tortor sihutur sanggul yang diisi dengan materi gondang mula-mula, gondang somba, gondang hasahatan dan gondang pinarboru dan diiringi dengan gondang si tolupulutolu. Atraksi ini di lakukan pada saat penyelenggaraan “Pesta Partangiangan dan Budaya Luhutan Bolon Silahisabungan” dan juga pada acara adat lainnya. Gondang sitolupulutolu dioperasikan oleh 30 orang yang hanya dibunyikan pada saat Pesta Partangiangan dan Budaya Luhutan Bolon Silahisabungan, penyambutan raja, pesta suka dan duka, dimana setiap penyelenggaraannya beda gondang beda ulosnya. Gondang ini terdiri dari 11 gondang namartuan harangan, 11 gondang karamat nihuta, 11 gondang sineang nagalaut yang dilengkapi dengan 4 ogung 1 sarune.
Raja Silahisabungan yang memiliki boru siDeang Namora dalam perjalanan hidupnya dinarasikan menekuni kegiatan menenun. Motif dan jenis tenunannya berjumlah hingga 13 jenis yang dibedakan dengan bahan benang, warna dan bentuknya, yang kemudian menjadi ciri khas souvenisr turunan leluhur yang dikembangkan hingga saat ini oleh kaum perempuan keturunan Raja Silahisdabungan dan menjadi mata pencaharian utama mereka secara terus-menerus di Kampung Ulos Desa Silalahi III.
Kehidupan sehari-hari keturunan Raja Silahisabungan tidaklah dapat dipisahkan dari aktifitas di Danau atau Air, mereka bergantung hidup pada kegiatan menangkap ikan dan menjualnya, sehingga aktifitas didanau memerlukan alat transportasi dan dirancanglah Solu Bolon yang juga merupakan warisan leluhur. Solu ini dirakit dengan menggunakan bahan kayu antuang, kayu bihole dan kayu bona sanggar dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 1,5 meter dengan kapasitas 25 orang. Dalam perjalannanya untuk mempertahankan kelestarian nilai-nilai budaya, solu bolon ini kemudian dijadikan atraksi rutin dan digelar setiap tahun.
Bentangan Pantai di Desa ini dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi tempat atraksi memancing yang dilaksanakan setiap bulan Agustus setiap tahunnya, arenanya unik dan menantang menjadi pertarungan adu nasip dan hobbi bagi wisatawan.
Bukit Siataratas yang memiliki 5 tingkat merupakan suguhan potensi dijadikan tempat camping dan paralayang, dari bukit ini dapat memandang bebas ke seluruh penjuru kawasan Danau Toba.
Ikan yang menjadi hasil utama Danau Toba dikemas menjadi produk kuliner yang dioleh menggunakan bumbu lokal, namanya “Dekke Naniura” dapat dicicipi setiap pengunjung yang datang ke desa ini.
Dalam perjalanan Desa Wisata, dikelola oleh Kelembagaan Desa “Kelompok Sadar Wisata” (Pokdarwis) yang mendapat dukungan dari pemerintah Desa, lembaga ini kemudian bertanggungjawab memelihara kelestarian ekosistem, keberlanjutan lingkungan, memelihara dan menjaga keamanan dan kenyamanan bagi setiap pengunjung dan mempelopori pelaksanaan protokol kesehatan di spot-spot wisata, sehingga pengunjung yang datang ketempat ini akan merasa aman dan nyaman.