Desa Santiri merupakan administrasi wilayah untuk salah satu pulau di Kabupaten Muna Barat, yaitu Pulau Balu, Kec. Tiworo Utara. Desa Santiri adalah nama resmi yang tercantum dalam data statistik untuk Kecamatan Tiworo Utara yang letaknya berada di Pulau Balu Kecamatan Tiworo Utara. Desa Santiri memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Baratberbatasan dengan Desa Maginti, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tiga,Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tasipi dan Sebelah selatan berbatasandengan Desa Tondasi yang menjadi Ibukota Kecamatan Tiworo Utara.
Topografi wilayah Desa Santiri terbagi dalam dua wilayah sama besarantara wilayah daratan dan lautan dengan luas 17,88 Km 2 atau sekitar 28,88 %dari total luas Kecamatan Tiworo Utara. Wilayah daratan yang menjadi awal tempat pemukiman penduduk saat ini ditempati oleh masyarakat Bajo senior atau para penghuni awal. Wilayah pesisir dipenuhi atau diisi oleh generasi selanjutnya dari masyarakat yang menikah dan memiliki keluarga kecil. Desa Santiri terletak di tengah laut dengan jarak 3 km menuju ibukota Kecamatan Tiworo Utara yaitu Desa Tondasi.
Iklim di desa ini pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan iklim di desa-desa lainnya di Kecamatan Tiworo Utara yaitu beriklim tropis dengan suhu tahunan antara 23 -33 C. Curah hujan rata-rata 2.000-3.000 mm/tahun. Bulan November sampai April adalah musim hujan dan bulan Mei sampai Oktober adalah musim kemarau. Pada musim kemarau lebih besar akibat hembusan angin yang kadang-kadang mencapai kecepatan 60-80 km/jam. Namun, sebaliknya pada musim penghujan ombak relatif lebih tenang karena angin bertiup. Sebagian besar mata pencaharian penduduk desa ini bersumber dari sektor perikanan. sedangkan mata pencaharian lainya adalah sektor industri kecil yang bergerak di bidang perikanan.
Umumnya penduduk yang bermukim di Pulau Balu adalah mayoritas Orang Bajo. Sedikit sekali menemukan orang di luar komunitas Bajo yang hidup disana, terkecuali yang menikah dengan orang asli di pulau itu dan selamanya menetap di sana. Istilah yang disebutkan kepada para masyarakat asli Bajo adalah “sama” dan di luar komunitas Orang Bajo adalah “bagai”. Namun,masyarakat Bajo di Pulau Balu tidakmemberikan julukan bagai kepada orang asing yang hidup di Pulau Balu, tetapi kepada para penduduk lokal (Muna, Bugis, Jawa dan Bali) yang berada di sekitar perairan Tondasi.
Kondisi budaya masyarakat Bajo di Pulau Balu lebih dipengaruhi oleh kebiasaan yang telah menjadi warisan dari generasi ke generasi. Meskipun saat ini Orang Bajo telah membuka diri untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat di luar komunitas Bajo. Hubungan dan interaksi diantara masyarakat Bajo itu sendiri berlangsung solid dan harmonis. Hal penting yang patut dijadikan kebanggaan di tengah kesibukan masyarakat adalah tradisi kehidupan gotong royong yang hingga kini masih dijaga kelestariannya.
Selain hal-hal yang tersebut, Desa Santiri rupanya tak kalah dari desa-desa lain di sekitarnya memiliki potensi yang berupa keunikan kebudayaan masyarakatnya dan potensi bahari yang dapat dinikmati sebagai objek wisata. Berikut Potensi budaya yang dimiliki Desa Santiri;
Selain potensi budaya yang disebutkan diatas, Pulau Balu khususnya Desa Santiri juga memiliki potensi atraksi wisata yang cukup atraktif berupa:
Bagi para pengunjung yang datang ke Desa Santiri dipastikan dapat membawa pulang souvenir khas daerah ini untuk dipajang di rumah sebagai kenang-kenangan seperti kerajinan tangan khas masyarakat berupa kulit kerang yang sudah dibersihakan dan dibentuk dengan penampilan yang lebih menarik, gelang akar bahar, juga handicraft yaitu rajutan khas wanita suku Bajo.
Sedangkan wisata bahari yang dapat dinikmati yaitu Diving dan Lomba Perahu juga eksplorasi wilayah alam sekitar.
Dengan berbagai macam potensi yang ada di Pulau Balu khususnya Desa Santiri, dianggap dapat mendukung pengembangan wilayahnya dalam rangka meningkatkan potensi kepariwisataan Kabupaten Muna Barat. Untuk itu, sejak awal tahun 2022 melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Muna Barat, Desa Santiri dicanangkan sebagai rintisan Desa Wisata yang dapat berkembang dan memicu lahirnya desa-desa wisata baru di Muna Barat pada tahun-tahun selanjutnya.