Terletak di kaki Gunung Semeru, Desa Wisata Pasrujambe memiliki pemandangan yang asri dengan udara yang sejuk. Mayoritas masyarakat Pasrujambe berprofesi sebagai petani. Kondisi inilah yang membuat Desa Wisata Pasrujambe dikelilingi oleh persawahan.
Desa Wisata Pasrujambe memiliki beragam daya tarik dan objek wisata yang sayang untuk dilewati. Berikut beberapa objek wisata yang tersebar di Desa Wisata Pasrujambe.
Tak hanya lanskap perdesaan yang masih asri, Desa Wisata Pasrujambe juga memiliki objek wisata Air Terjun Watu Lapis. Selain dipercaya sebagai tempat yang sakral, air terjun ini menawarkan banyak keindahan sehingga tak jarang wisatawan datang, baik untuk sekedar berfoto maupun berenang. Udara yang sejuk dengan aliran air yang segar juga membuat siapapun tergoda untuk berendam, bahkan ciblon (bermain air) di aliran sungainya.
Desa Wisata Pasrujambe sendiri memiliki tagline Punjere Semeru. Artinya, peradaban dan sejarah mengenai gagahnya ancala Gunung Semeru tersimpan di sini. Hal itu dibuktikan dengan adanya Situs Sumberowo, tempat ditemukannya 28 prasasti yang kini disimpan di Museum Lumajang dan Mpu Tantular, Sidoarjo. Sebagian besar prasasti tersebut mengajarkan tentang mencintai Tuhan YME, menjaga alam, dan menyayangi sesama.
Sementara menurut data yang dikumpulkan oleh para arkeolog, Pasrujambe pernah menjadi pusat pendidikan keagamaan (semacam pondok pesantren) pada zaman kerajaan Kediri-Singosari-Majapahit. Meski banyak teka-teki yang belum terkuak dari Situs Sumberowo, banyak tokoh masyarakat yang memercayai bahwa situs ini bagian dari peradaban di Gunung Semeru.
Selain Situs Sumberowo, Desa Wisata Pasrujambe juga memiliki bangunan cagar budaya bernama Loji. Sampai sekarang, Loji digunakan sebagai titik pemantauan aktivitas Gunung Semeru. Meski dikelola langsung oleh pemerintah daerah, masyarakat Pasrujambe sering memanfaatkan Loji dalam berbagai aktivitas ekonomi, budaya, dan sosial.
Setiap tahunnya, khususnya pada Juni-Juli, masyarakat umat hindu di Bali akan memadati Pura Patirtan Air Suci Watu Klosot yang ada di Desa Wisata Pasrujambe untuk ibadah Viodalan. Umumnya, air suci ini digunakan sebagai pembersih dalam rangkaian ritual sebelum memasuki Pura Mandara Giri Semeru Agung.
Kondisi air yang tidak pernah kering meski kemarau panjang menjadikan destinasi ini terbilang unik. Menariknya lagi, destinasi ini berada di kawasan aliran lahar Semeru. Siapapun yang berkunjung pasti akan terpukau pada keindahan lekukan aliran laharnya.
Sebagai desa yang terletak di kaki Gunung Semeru, Desa Wisata Pasrujambe juga memerhatikan mitigasi bencana, khususnya bencana alam. Jauh sebelum menjadi desa wisata, masyarakat Pasrujambe sangat kental dengan kearifan lokal guna membangun hubungan serasi antara alam, manusia, dan Tuhannya.
Upaya pelestarian lingkungan guna mengurangi risiko dampak perubahan iklim dan bencana alam telah menjadi komitmen pemerintah desa bersama masyarakat. Hal inilah yang menjadikan Desa Pasrujambe juga menyandang predikat sebagai Desa Proklim.
Desa Wisata Pasrujambe menjadi destinasi wajib kunjung bagi kaum Brahmana dari berbagai negara, termasuk Pulau Dewata (Bali). Kondisi inilah yang kemudian menjadi akar sejarah Pasrujambe yang dikenal sebagai pusat budaya, sejarah, dan peradaban masyarakat kaki Gunung Semeru. Dengan demikian, Desa Wisata Pasrujambe mendapat julukan sebagai Punjere Semeru.
Selain keindahan kaki Gunung Semeru yang memesona, harmoni masyarakat dengan nilai-nilai budaya yang kental menjadikan Pasrujambe dikenal sebagai destinasi dengan harmoni budaya, sejarah, dan alam.