Nama Desa Mas menurut Babad Dwijendra Tatwa berasal dari Bunga Pohon Tangi berwarna ke Emasan yang ditanam oleh Pandeta Siwa Danghyang Dwijendera melalui tongkat sakti beliau. Kehadiran Dang Hyang Dwijendra ke Desa Tegal Tadjun pada abab ke -15 setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit di Jawa Timur merubah tatanan Bali kuno dan membawa ajaran Hindu melalui pemujaan Padmasana. Desa Tegal Tadjun berubah menjadi Mas akibat dari peristiwa mekarnya sekuntum bunga Tangi keemasan, sejak mulai abab tersebut orang menyebutnya desa Mas. Sebelum kehadiran Ida Danghyang, Desa Mas telah diperintah oleh Kyai Pangeran Bandesa Manik Mas sekitar tahun 1358. Setelah Ida Danghyang Nrago Sukma atau Moksah beliau memberikan seperangkat pahat kepada Putra-putra beliau yang beribu Ida Ayu Mas Gumitir putri dari Pangeran Bandes Manik Mas. Mulai abab ke 18 bermunculan pemahat kayu yang sangat terkenal dimasa Pita Maha asuhan Rodulf Bonnet tahun 1930-an. Sejak masa itu Desa Mas telah dikunjungi wisatawan asing untuk menikmati hasil karya seni pahat. Mulai tahun 2010 Desa Mas memproklamirkan dirinya menjadi Desa Wisata yang menyediakan fasilitas atraksi dan Home stay hingga kini.