Desa Lau Bagot berada di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 600 Ha ketinggian 950-1.100 mdpl. adapun batas-batasanya di sebelah timur Sungai (Lae) Belulus, sebelah barat Desa Sukandebi, sebelah utara Desa Tigalingga dan sebelah selatan Desa Palding.
Penduduk desa ini berjumlah 2.316 jiwa atau 689 Kepala Keluarga yang terdiri dari Laki-Laki 1.138 jiwa dan Perempuan 1.178 Jiwa. Mayoritas penduduk bermatapencaharian dari pertanian sebanyak 90 % dan sisanya bekerja di sektor jasa sekitar 10 %.
Sistem kekerabatan di desa ini melekat dengan kultur gotongroyong yang tergambar dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan adat budaya lintas etnis yang terdiri dari Karo sebanyak 35%, Toba 35%. Jawa 20% dan Pakpak 10% dari total jumlah penduduk. Jika seorang warga (keluarga) menyelenggarakan prosesi adat (pesta) maka semua warga lainnya turut berpartisipasi sehingga tidak terdapat sekat-sekat antar etnis.
Jenis tanaman yang dikembangkan penduduk terdiri dari tanaman keras sebagai mayoritas dan tanaman pangan seperti Kakao, Kelapa, Sawit, Pinang, Kopi Robusta, Durian, Kemiri, Padi dan Jagung. Peruntukan luas Desa teridiri dari bangunan 35 ha, kebun 264 ha, lahan basah 232 ha, kuburan umum 1 ha, jalan desa 8 ha.
Sebelum menjadi Desa Lau Bagot tahun 1948, kampung ini didirikan oleh Marga Lingga yang disebut sebagai marga simantek kuta yang jaraknya tidak jauh dari jalan lintas (status jalan Negara)Tigalingga – Kuta Buluh - Aceh Tenggara (Kota Cane). Untuk menuju Desa Lau Bagot cukup dengan menempuh waktu 10 menit dari jalan lintas tersebut.
Desa Lau Bagot memiliki beragam potensi wisata yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Bapak Sadimin yang dimulai dari Kolam Pancing sampai menjadi kolam renang “Lestari” saat ini. Spot wisata Kolam Renang ini menjadi daya tarik utama (potensi unggulan) yang sudah dijajal wisatawan dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Dairi, Kabupaten Tanah Karo, Medan dan dari Aceh. Kolam Renang ini juga dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti pondok wisata, spot selfie, kuliner, souvenir dan homestay. Tanaman sawit dan kelapa hijau yang turut menghiasi kolam renang ini dapat juga dijadikan sebagai tempat bersantai, berkemah sambil menikmati kesegaran buah kelapa muda.
Posisi kolam renang lestari berada tidak jauh dari pinggiran lae belulus atau sekitar 100 meter. Potensi Lae Belulus juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, airnya sejuk dan bersih menjadikan kelayakannya dinikmati pengunjung sebagai wahana bermain air dan mandi. Lae Belulus membentang dari desa Desa Sarintonu sampai Desa Lau Sireme melewati Desa Lau Bagot dan sekaligus menjadi Batas dengan Desa Gunung Tua (Kecamatan Tanah Pinem). Pengelolaan wisata di Lae Belulus sudah mulai dilakukan oleh Desa dengan menawakan pondok wisata bernyanyi, ruang kuliner dan spot foto.
Desa Lau Bagot memiliki spot wisata “Pancur Merdeka”. Airnya jernih keluar dari batu tebing dan dipasang pancur (pipa) dapat dinikmati setiap wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Selain ketiga spot wisata alam dan buatan itu ada juga atraksi budaya yang digelar setiap tahun. Atraksi ini di beri nama “Kuda Lumping” dan diselenggarakan 2 kali setahun pada saat lebaran dan hari kemerdekaan (17 Agustus), atraksi budaya ini menjadi suguhan menarik bagi para wisatawan.
Kreatifitas warga di desa ini tergolong bervariasi dan terampil sehingga mampu menyuguhkan hidangan kuliner berbagai macam seperti Pecal Uleg, Ayam Kalasan, Pencek Durian, Dodol, Tape, Bolu Labu, Kelapa Muda, dan lain-lainnya. Kuliner ini disuguhkan di tempat-tempat spot wisata dan tersedia setiap hari dan cita rasa, aroma serta kekhasannya dapat dinikmati wisatawan.
Selain kuliner, Kelompok Sadar Wisata di Desa ini telah mulai menggarap pengembangan souvenir tampa yang dimodif dengan berbagai bentuk hiasan, bahannya dari bambu dirancang berciri khas budaya lokal untuk dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Kesadaran warga terhadap pengembangan desa wisata sudah mulai tumbuh terlihat dari keikutsertaan mereka menyiapkan beberapa homestay dan kepada para wisatawan dapat berlama-lama tinggal berwisata sambil belajar tentang kehidupan masyarakat dan sambil menikmati suguhan produk-produk wisata dan bagi wisatawan yang ingin bermalam sambil menikmati keindahan alam juga dapat menggunakan tenda camping yang disediakan POKDARWIS.
Eksistensi Kelompok Sadar Wisata tidak hanya berhenti disitu, lembaga desa selaku pengelola Desa Wisata di desa ini turut aktif dalam menjaga kelangsungan ekosistem, memelihara keindahan dan kebersihan alam lingkungan melalui kegiatan-kegiatan gotongroyong, menjaga kepastian keamanan bagi para pengunjung dan siapa saja yang berwisata ke desa ini, memberikan pelayanan terbaik dengan semboyan tamu adalah tuan yang harus diberi pelayanan terbaik terutama menyangkut kenyamanannya saat berwisata ke tempat ini
Jumlah kunjungan wisata dari tahun 2018 sampai tahun 2020 cenderung meningkat dan menurun setelah Covid-19 atau tahun 2021 dan tahun 2022 kembali meningkat, sehingga rata-rata kunjungan ke desa wisata ini mencapai 100-150 orang per harinya.
Desa Lau Bagot berada di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 600 Ha ketinggian 950-1.100 mdpl. adapun batas-batasanya di sebelah timur Sungai (Lae) Belulus, sebelah barat Desa Sukandebi, sebelah utara Desa Tigalingga dan sebelah selatan Desa Palding.
Penduduk desa ini berjumlah 2.316 jiwa atau 689 Kepala Keluarga yang terdiri dari Laki-Laki 1.138 jiwa dan Perempuan 1.178 Jiwa. Mayoritas penduduk bermatapencaharian dari pertanian sebanyak 90 % dan sisanya bekerja di sektor jasa sekitar 10 %.
Sistem kekerabatan di desa ini melekat dengan kultur gotongroyong yang tergambar dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan adat budaya lintas etnis yang terdiri dari Karo sebanyak 35%, Toba 35%. Jawa 20% dan Pakpak 10% dari total jumlah penduduk. Jika seorang warga (keluarga) menyelenggarakan prosesi adat (pesta) maka semua warga lainnya turut berpartisipasi sehingga tidak terdapat sekat-sekat antar etnis.
Jenis tanaman yang dikembangkan penduduk terdiri dari tanaman keras sebagai mayoritas dan tanaman pangan seperti Kakao, Kelapa, Sawit, Pinang, Kopi Robusta, Durian, Kemiri, Padi dan Jagung. Peruntukan luas Desa teridiri dari bangunan 35 ha, kebun 264 ha, lahan basah 232 ha, kuburan umum 1 ha, jalan desa 8 ha.
Sebelum menjadi Desa Lau Bagot tahun 1948, kampung ini didirikan oleh Marga Lingga yang disebut sebagai marga simantek kuta yang jaraknya tidak jauh dari jalan lintas (status jalan Negara)Tigalingga – Kuta Buluh - Aceh Tenggara (Kota Cane). Untuk menuju Desa Lau Bagot cukup dengan menempuh waktu 10 menit dari jalan lintas tersebut.
Desa Lau Bagot memiliki beragam potensi wisata yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Bapak Sadimin yang dimulai dari Kolam Pancing sampai menjadi kolam renang “Lestari” saat ini. Spot wisata Kolam Renang ini menjadi daya tarik utama (potensi unggulan) yang sudah dijajal wisatawan dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Dairi, Kabupaten Tanah Karo, Medan dan dari Aceh. Kolam Renang ini juga dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti pondok wisata, spot selfie, kuliner, souvenir dan homestay. Tanaman sawit dan kelapa hijau yang turut menghiasi kolam renang ini dapat juga dijadikan sebagai tempat bersantai, berkemah sambil menikmati kesegaran buah kelapa muda.
Posisi kolam renang lestari berada tidak jauh dari pinggiran lae belulus atau sekitar 100 meter. Potensi Lae Belulus juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, airnya sejuk dan bersih menjadikan kelayakannya dinikmati pengunjung sebagai wahana bermain air dan mandi. Lae Belulus membentang dari desa Desa Sarintonu sampai Desa Lau Sireme melewati Desa Lau Bagot dan sekaligus menjadi Batas dengan Desa Gunung Tua (Kecamatan Tanah Pinem). Pengelolaan wisata di Lae Belulus sudah mulai dilakukan oleh Desa dengan menawakan pondok wisata bernyanyi, ruang kuliner dan spot foto.
Desa Lau Bagot memiliki spot wisata “Pancur Merdeka”. Airnya jernih keluar dari batu tebing dan dipasang pancur (pipa) dapat dinikmati setiap wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Selain ketiga spot wisata alam dan buatan itu ada juga atraksi budaya yang digelar setiap tahun. Atraksi ini di beri nama “Kuda Lumping” dan diselenggarakan 2 kali setahun pada saat lebaran dan hari kemerdekaan (17 Agustus), atraksi budaya ini menjadi suguhan menarik bagi para wisatawan.
Kreatifitas warga di desa ini tergolong bervariasi dan terampil sehingga mampu menyuguhkan hidangan kuliner berbagai macam seperti Pecal Uleg, Ayam Kalasan, Pencek Durian, Dodol, Tape, Bolu Labu, Kelapa Muda, dan lain-lainnya. Kuliner ini disuguhkan di tempat-tempat spot wisata dan tersedia setiap hari dan cita rasa, aroma serta kekhasannya dapat dinikmati wisatawan.
Selain kuliner, Kelompok Sadar Wisata di Desa ini telah mulai menggarap pengembangan souvenir tampa yang dimodif dengan berbagai bentuk hiasan, bahannya dari bambu dirancang berciri khas budaya lokal untuk dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Kesadaran warga terhadap pengembangan desa wisata sudah mulai tumbuh terlihat dari keikutsertaan mereka menyiapkan beberapa homestay dan kepada para wisatawan dapat berlama-lama tinggal berwisata sambil belajar tentang kehidupan masyarakat dan sambil menikmati suguhan produk-produk wisata dan bagi wisatawan yang ingin bermalam sambil menikmati keindahan alam juga dapat menggunakan tenda camping yang disediakan POKDARWIS.
Eksistensi Kelompok Sadar Wisata tidak hanya berhenti disitu, lembaga desa selaku pengelola Desa Wisata di desa ini turut aktif dalam menjaga kelangsungan ekosistem, memelihara keindahan dan kebersihan alam lingkungan melalui kegiatan-kegiatan gotongroyong, menjaga kepastian keamanan bagi para pengunjung dan siapa saja yang berwisata ke desa ini, memberikan pelayanan terbaik dengan semboyan tamu adalah tuan yang harus diberi pelayanan terbaik terutama menyangkut kenyamanannya saat berwisata ke tempat ini
Jumlah kunjungan wisata dari tahun 2018 sampai tahun 2020 cenderung meningkat dan menurun setelah Covid-19 atau tahun 2021 dan tahun 2022 kembali meningkat, sehingga rata-rata kunjungan ke desa wisata ini mencapai 100-150 orang per harinya.
Desa Lau Bagot berada di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 600 Ha ketinggian 950-1.100 mdpl. adapun batas-batasanya di sebelah timur Sungai (Lae) Belulus, sebelah barat Desa Sukandebi, sebelah utara Desa Tigalingga dan sebelah selatan Desa Palding.
Penduduk desa ini berjumlah 2.316 jiwa atau 689 Kepala Keluarga yang terdiri dari Laki-Laki 1.138 jiwa dan Perempuan 1.178 Jiwa. Mayoritas penduduk bermatapencaharian dari pertanian sebanyak 90 % dan sisanya bekerja di sektor jasa sekitar 10 %.
Sistem kekerabatan di desa ini melekat dengan kultur gotongroyong yang tergambar dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan adat budaya lintas etnis yang terdiri dari Karo sebanyak 35%, Toba 35%. Jawa 20% dan Pakpak 10% dari total jumlah penduduk. Jika seorang warga (keluarga) menyelenggarakan prosesi adat (pesta) maka semua warga lainnya turut berpartisipasi sehingga tidak terdapat sekat-sekat antar etnis.
Jenis tanaman yang dikembangkan penduduk terdiri dari tanaman keras sebagai mayoritas dan tanaman pangan seperti Kakao, Kelapa, Sawit, Pinang, Kopi Robusta, Durian, Kemiri, Padi dan Jagung. Peruntukan luas Desa teridiri dari bangunan 35 ha, kebun 264 ha, lahan basah 232 ha, kuburan umum 1 ha, jalan desa 8 ha.
Sebelum menjadi Desa Lau Bagot tahun 1948, kampung ini didirikan oleh Marga Lingga yang disebut sebagai marga simantek kuta yang jaraknya tidak jauh dari jalan lintas (status jalan Negara)Tigalingga – Kuta Buluh - Aceh Tenggara (Kota Cane). Untuk menuju Desa Lau Bagot cukup dengan menempuh waktu 10 menit dari jalan lintas tersebut.
Desa Lau Bagot memiliki beragam potensi wisata yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Bapak Sadimin yang dimulai dari Kolam Pancing sampai menjadi kolam renang “Lestari” saat ini. Spot wisata Kolam Renang ini menjadi daya tarik utama (potensi unggulan) yang sudah dijajal wisatawan dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Dairi, Kabupaten Tanah Karo, Medan dan dari Aceh. Kolam Renang ini juga dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti pondok wisata, spot selfie, kuliner, souvenir dan homestay. Tanaman sawit dan kelapa hijau yang turut menghiasi kolam renang ini dapat juga dijadikan sebagai tempat bersantai, berkemah sambil menikmati kesegaran buah kelapa muda.
Posisi kolam renang lestari berada tidak jauh dari pinggiran lae belulus atau sekitar 100 meter. Potensi Lae Belulus juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, airnya sejuk dan bersih menjadikan kelayakannya dinikmati pengunjung sebagai wahana bermain air dan mandi. Lae Belulus membentang dari desa Desa Sarintonu sampai Desa Lau Sireme melewati Desa Lau Bagot dan sekaligus menjadi Batas dengan Desa Gunung Tua (Kecamatan Tanah Pinem). Pengelolaan wisata di Lae Belulus sudah mulai dilakukan oleh Desa dengan menawakan pondok wisata bernyanyi, ruang kuliner dan spot foto.
Desa Lau Bagot memiliki spot wisata “Pancur Merdeka”. Airnya jernih keluar dari batu tebing dan dipasang pancur (pipa) dapat dinikmati setiap wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Selain ketiga spot wisata alam dan buatan itu ada juga atraksi budaya yang digelar setiap tahun. Atraksi ini di beri nama “Kuda Lumping” dan diselenggarakan 2 kali setahun pada saat lebaran dan hari kemerdekaan (17 Agustus), atraksi budaya ini menjadi suguhan menarik bagi para wisatawan.
Kreatifitas warga di desa ini tergolong bervariasi dan terampil sehingga mampu menyuguhkan hidangan kuliner berbagai macam seperti Pecal Uleg, Ayam Kalasan, Pencek Durian, Dodol, Tape, Bolu Labu, Kelapa Muda, dan lain-lainnya. Kuliner ini disuguhkan di tempat-tempat spot wisata dan tersedia setiap hari dan cita rasa, aroma serta kekhasannya dapat dinikmati wisatawan.
Selain kuliner, Kelompok Sadar Wisata di Desa ini telah mulai menggarap pengembangan souvenir tampa yang dimodif dengan berbagai bentuk hiasan, bahannya dari bambu dirancang berciri khas budaya lokal untuk dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Kesadaran warga terhadap pengembangan desa wisata sudah mulai tumbuh terlihat dari keikutsertaan mereka menyiapkan beberapa homestay dan kepada para wisatawan dapat berlama-lama tinggal berwisata sambil belajar tentang kehidupan masyarakat dan sambil menikmati suguhan produk-produk wisata dan bagi wisatawan yang ingin bermalam sambil menikmati keindahan alam juga dapat menggunakan tenda camping yang disediakan POKDARWIS.
Eksistensi Kelompok Sadar Wisata tidak hanya berhenti disitu, lembaga desa selaku pengelola Desa Wisata di desa ini turut aktif dalam menjaga kelangsungan ekosistem, memelihara keindahan dan kebersihan alam lingkungan melalui kegiatan-kegiatan gotongroyong, menjaga kepastian keamanan bagi para pengunjung dan siapa saja yang berwisata ke desa ini, memberikan pelayanan terbaik dengan semboyan tamu adalah tuan yang harus diberi pelayanan terbaik terutama menyangkut kenyamanannya saat berwisata ke tempat ini
Jumlah kunjungan wisata dari tahun 2018 sampai tahun 2020 cenderung meningkat dan menurun setelah Covid-19 atau tahun 2021 dan tahun 2022 kembali meningkat, sehingga rata-rata kunjungan ke desa wisata ini mencapai 100-150 orang per harinya.
Desa Lau Bagot berada di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 600 Ha ketinggian 950-1.100 mdpl. adapun batas-batasanya di sebelah timur Sungai (Lae) Belulus, sebelah barat Desa Sukandebi, sebelah utara Desa Tigalingga dan sebelah selatan Desa Palding.
Penduduk desa ini berjumlah 2.316 jiwa atau 689 Kepala Keluarga yang terdiri dari Laki-Laki 1.138 jiwa dan Perempuan 1.178 Jiwa. Mayoritas penduduk bermatapencaharian dari pertanian sebanyak 90 % dan sisanya bekerja di sektor jasa sekitar 10 %.
Sistem kekerabatan di desa ini melekat dengan kultur gotongroyong yang tergambar dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan adat budaya lintas etnis yang terdiri dari Karo sebanyak 35%, Toba 35%. Jawa 20% dan Pakpak 10% dari total jumlah penduduk. Jika seorang warga (keluarga) menyelenggarakan prosesi adat (pesta) maka semua warga lainnya turut berpartisipasi sehingga tidak terdapat sekat-sekat antar etnis.
Jenis tanaman yang dikembangkan penduduk terdiri dari tanaman keras sebagai mayoritas dan tanaman pangan seperti Kakao, Kelapa, Sawit, Pinang, Kopi Robusta, Durian, Kemiri, Padi dan Jagung. Peruntukan luas Desa teridiri dari bangunan 35 ha, kebun 264 ha, lahan basah 232 ha, kuburan umum 1 ha, jalan desa 8 ha.
Sebelum menjadi Desa Lau Bagot tahun 1948, kampung ini didirikan oleh Marga Lingga yang disebut sebagai marga simantek kuta yang jaraknya tidak jauh dari jalan lintas (status jalan Negara)Tigalingga – Kuta Buluh - Aceh Tenggara (Kota Cane). Untuk menuju Desa Lau Bagot cukup dengan menempuh waktu 10 menit dari jalan lintas tersebut.
Desa Lau Bagot memiliki beragam potensi wisata yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Bapak Sadimin yang dimulai dari Kolam Pancing sampai menjadi kolam renang “Lestari” saat ini. Spot wisata Kolam Renang ini menjadi daya tarik utama (potensi unggulan) yang sudah dijajal wisatawan dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Dairi, Kabupaten Tanah Karo, Medan dan dari Aceh. Kolam Renang ini juga dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti pondok wisata, spot selfie, kuliner, souvenir dan homestay. Tanaman sawit dan kelapa hijau yang turut menghiasi kolam renang ini dapat juga dijadikan sebagai tempat bersantai, berkemah sambil menikmati kesegaran buah kelapa muda.
Posisi kolam renang lestari berada tidak jauh dari pinggiran lae belulus atau sekitar 100 meter. Potensi Lae Belulus juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, airnya sejuk dan bersih menjadikan kelayakannya dinikmati pengunjung sebagai wahana bermain air dan mandi. Lae Belulus membentang dari desa Desa Sarintonu sampai Desa Lau Sireme melewati Desa Lau Bagot dan sekaligus menjadi Batas dengan Desa Gunung Tua (Kecamatan Tanah Pinem). Pengelolaan wisata di Lae Belulus sudah mulai dilakukan oleh Desa dengan menawakan pondok wisata bernyanyi, ruang kuliner dan spot foto.
Desa Lau Bagot memiliki spot wisata “Pancur Merdeka”. Airnya jernih keluar dari batu tebing dan dipasang pancur (pipa) dapat dinikmati setiap wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Selain ketiga spot wisata alam dan buatan itu ada juga atraksi budaya yang digelar setiap tahun. Atraksi ini di beri nama “Kuda Lumping” dan diselenggarakan 2 kali setahun pada saat lebaran dan hari kemerdekaan (17 Agustus), atraksi budaya ini menjadi suguhan menarik bagi para wisatawan.
Kreatifitas warga di desa ini tergolong bervariasi dan terampil sehingga mampu menyuguhkan hidangan kuliner berbagai macam seperti Pecal Uleg, Ayam Kalasan, Pencek Durian, Dodol, Tape, Bolu Labu, Kelapa Muda, dan lain-lainnya. Kuliner ini disuguhkan di tempat-tempat spot wisata dan tersedia setiap hari dan cita rasa, aroma serta kekhasannya dapat dinikmati wisatawan.
Selain kuliner, Kelompok Sadar Wisata di Desa ini telah mulai menggarap pengembangan souvenir tampa yang dimodif dengan berbagai bentuk hiasan, bahannya dari bambu dirancang berciri khas budaya lokal untuk dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Kesadaran warga terhadap pengembangan desa wisata sudah mulai tumbuh terlihat dari keikutsertaan mereka menyiapkan beberapa homestay dan kepada para wisatawan dapat berlama-lama tinggal berwisata sambil belajar tentang kehidupan masyarakat dan sambil menikmati suguhan produk-produk wisata dan bagi wisatawan yang ingin bermalam sambil menikmati keindahan alam juga dapat menggunakan tenda camping yang disediakan POKDARWIS.
Eksistensi Kelompok Sadar Wisata tidak hanya berhenti disitu, lembaga desa selaku pengelola Desa Wisata di desa ini turut aktif dalam menjaga kelangsungan ekosistem, memelihara keindahan dan kebersihan alam lingkungan melalui kegiatan-kegiatan gotongroyong, menjaga kepastian keamanan bagi para pengunjung dan siapa saja yang berwisata ke desa ini, memberikan pelayanan terbaik dengan semboyan tamu adalah tuan yang harus diberi pelayanan terbaik terutama menyangkut kenyamanannya saat berwisata ke tempat ini
Jumlah kunjungan wisata dari tahun 2018 sampai tahun 2020 cenderung meningkat dan menurun setelah Covid-19 atau tahun 2021 dan tahun 2022 kembali meningkat, sehingga rata-rata kunjungan ke desa wisata ini mencapai 100-150 orang per harinya.
Desa Lau Bagot berada di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 600 Ha ketinggian 950-1.100 mdpl. adapun batas-batasanya di sebelah timur Sungai (Lae) Belulus, sebelah barat Desa Sukandebi, sebelah utara Desa Tigalingga dan sebelah selatan Desa Palding.
Penduduk desa ini berjumlah 2.316 jiwa atau 689 Kepala Keluarga yang terdiri dari Laki-Laki 1.138 jiwa dan Perempuan 1.178 Jiwa. Mayoritas penduduk bermatapencaharian dari pertanian sebanyak 90 % dan sisanya bekerja di sektor jasa sekitar 10 %.
Sistem kekerabatan di desa ini melekat dengan kultur gotongroyong yang tergambar dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan adat budaya lintas etnis yang terdiri dari Karo sebanyak 35%, Toba 35%. Jawa 20% dan Pakpak 10% dari total jumlah penduduk. Jika seorang warga (keluarga) menyelenggarakan prosesi adat (pesta) maka semua warga lainnya turut berpartisipasi sehingga tidak terdapat sekat-sekat antar etnis.
Jenis tanaman yang dikembangkan penduduk terdiri dari tanaman keras sebagai mayoritas dan tanaman pangan seperti Kakao, Kelapa, Sawit, Pinang, Kopi Robusta, Durian, Kemiri, Padi dan Jagung. Peruntukan luas Desa teridiri dari bangunan 35 ha, kebun 264 ha, lahan basah 232 ha, kuburan umum 1 ha, jalan desa 8 ha.
Sebelum menjadi Desa Lau Bagot tahun 1948, kampung ini didirikan oleh Marga Lingga yang disebut sebagai marga simantek kuta yang jaraknya tidak jauh dari jalan lintas (status jalan Negara)Tigalingga – Kuta Buluh - Aceh Tenggara (Kota Cane). Untuk menuju Desa Lau Bagot cukup dengan menempuh waktu 10 menit dari jalan lintas tersebut.
Desa Lau Bagot memiliki beragam potensi wisata yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Bapak Sadimin yang dimulai dari Kolam Pancing sampai menjadi kolam renang “Lestari” saat ini. Spot wisata Kolam Renang ini menjadi daya tarik utama (potensi unggulan) yang sudah dijajal wisatawan dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Dairi, Kabupaten Tanah Karo, Medan dan dari Aceh. Kolam Renang ini juga dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti pondok wisata, spot selfie, kuliner, souvenir dan homestay. Tanaman sawit dan kelapa hijau yang turut menghiasi kolam renang ini dapat juga dijadikan sebagai tempat bersantai, berkemah sambil menikmati kesegaran buah kelapa muda.
Posisi kolam renang lestari berada tidak jauh dari pinggiran lae belulus atau sekitar 100 meter. Potensi Lae Belulus juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, airnya sejuk dan bersih menjadikan kelayakannya dinikmati pengunjung sebagai wahana bermain air dan mandi. Lae Belulus membentang dari desa Desa Sarintonu sampai Desa Lau Sireme melewati Desa Lau Bagot dan sekaligus menjadi Batas dengan Desa Gunung Tua (Kecamatan Tanah Pinem). Pengelolaan wisata di Lae Belulus sudah mulai dilakukan oleh Desa dengan menawakan pondok wisata bernyanyi, ruang kuliner dan spot foto.
Desa Lau Bagot memiliki spot wisata “Pancur Merdeka”. Airnya jernih keluar dari batu tebing dan dipasang pancur (pipa) dapat dinikmati setiap wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Selain ketiga spot wisata alam dan buatan itu ada juga atraksi budaya yang digelar setiap tahun. Atraksi ini di beri nama “Kuda Lumping” dan diselenggarakan 2 kali setahun pada saat lebaran dan hari kemerdekaan (17 Agustus), atraksi budaya ini menjadi suguhan menarik bagi para wisatawan.
Kreatifitas warga di desa ini tergolong bervariasi dan terampil sehingga mampu menyuguhkan hidangan kuliner berbagai macam seperti Pecal Uleg, Ayam Kalasan, Pencek Durian, Dodol, Tape, Bolu Labu, Kelapa Muda, dan lain-lainnya. Kuliner ini disuguhkan di tempat-tempat spot wisata dan tersedia setiap hari dan cita rasa, aroma serta kekhasannya dapat dinikmati wisatawan.
Selain kuliner, Kelompok Sadar Wisata di Desa ini telah mulai menggarap pengembangan souvenir tampa yang dimodif dengan berbagai bentuk hiasan, bahannya dari bambu dirancang berciri khas budaya lokal untuk dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Kesadaran warga terhadap pengembangan desa wisata sudah mulai tumbuh terlihat dari keikutsertaan mereka menyiapkan beberapa homestay dan kepada para wisatawan dapat berlama-lama tinggal berwisata sambil belajar tentang kehidupan masyarakat dan sambil menikmati suguhan produk-produk wisata dan bagi wisatawan yang ingin bermalam sambil menikmati keindahan alam juga dapat menggunakan tenda camping yang disediakan POKDARWIS.
Eksistensi Kelompok Sadar Wisata tidak hanya berhenti disitu, lembaga desa selaku pengelola Desa Wisata di desa ini turut aktif dalam menjaga kelangsungan ekosistem, memelihara keindahan dan kebersihan alam lingkungan melalui kegiatan-kegiatan gotongroyong, menjaga kepastian keamanan bagi para pengunjung dan siapa saja yang berwisata ke desa ini, memberikan pelayanan terbaik dengan semboyan tamu adalah tuan yang harus diberi pelayanan terbaik terutama menyangkut kenyamanannya saat berwisata ke tempat ini
Jumlah kunjungan wisata dari tahun 2018 sampai tahun 2020 cenderung meningkat dan menurun setelah Covid-19 atau tahun 2021 dan tahun 2022 kembali meningkat, sehingga rata-rata kunjungan ke desa wisata ini mencapai 100-150 orang per harinya.
Desa Lau Bagot berada di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 600 Ha ketinggian 950-1.100 mdpl. adapun batas-batasanya di sebelah timur Sungai (Lae) Belulus, sebelah barat Desa Sukandebi, sebelah utara Desa Tigalingga dan sebelah selatan Desa Palding.
Penduduk desa ini berjumlah 2.316 jiwa atau 689 Kepala Keluarga yang terdiri dari Laki-Laki 1.138 jiwa dan Perempuan 1.178 Jiwa. Mayoritas penduduk bermatapencaharian dari pertanian sebanyak 90 % dan sisanya bekerja di sektor jasa sekitar 10 %.
Sistem kekerabatan di desa ini melekat dengan kultur gotongroyong yang tergambar dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan adat budaya lintas etnis yang terdiri dari Karo sebanyak 35%, Toba 35%. Jawa 20% dan Pakpak 10% dari total jumlah penduduk. Jika seorang warga (keluarga) menyelenggarakan prosesi adat (pesta) maka semua warga lainnya turut berpartisipasi sehingga tidak terdapat sekat-sekat antar etnis.
Jenis tanaman yang dikembangkan penduduk terdiri dari tanaman keras sebagai mayoritas dan tanaman pangan seperti Kakao, Kelapa, Sawit, Pinang, Kopi Robusta, Durian, Kemiri, Padi dan Jagung. Peruntukan luas Desa teridiri dari bangunan 35 ha, kebun 264 ha, lahan basah 232 ha, kuburan umum 1 ha, jalan desa 8 ha.
Sebelum menjadi Desa Lau Bagot tahun 1948, kampung ini didirikan oleh Marga Lingga yang disebut sebagai marga simantek kuta yang jaraknya tidak jauh dari jalan lintas (status jalan Negara)Tigalingga – Kuta Buluh - Aceh Tenggara (Kota Cane). Untuk menuju Desa Lau Bagot cukup dengan menempuh waktu 10 menit dari jalan lintas tersebut.
Desa Lau Bagot memiliki beragam potensi wisata yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Bapak Sadimin yang dimulai dari Kolam Pancing sampai menjadi kolam renang “Lestari” saat ini. Spot wisata Kolam Renang ini menjadi daya tarik utama (potensi unggulan) yang sudah dijajal wisatawan dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Dairi, Kabupaten Tanah Karo, Medan dan dari Aceh. Kolam Renang ini juga dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti pondok wisata, spot selfie, kuliner, souvenir dan homestay. Tanaman sawit dan kelapa hijau yang turut menghiasi kolam renang ini dapat juga dijadikan sebagai tempat bersantai, berkemah sambil menikmati kesegaran buah kelapa muda.
Posisi kolam renang lestari berada tidak jauh dari pinggiran lae belulus atau sekitar 100 meter. Potensi Lae Belulus juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, airnya sejuk dan bersih menjadikan kelayakannya dinikmati pengunjung sebagai wahana bermain air dan mandi. Lae Belulus membentang dari desa Desa Sarintonu sampai Desa Lau Sireme melewati Desa Lau Bagot dan sekaligus menjadi Batas dengan Desa Gunung Tua (Kecamatan Tanah Pinem). Pengelolaan wisata di Lae Belulus sudah mulai dilakukan oleh Desa dengan menawakan pondok wisata bernyanyi, ruang kuliner dan spot foto.
Desa Lau Bagot memiliki spot wisata “Pancur Merdeka”. Airnya jernih keluar dari batu tebing dan dipasang pancur (pipa) dapat dinikmati setiap wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Selain ketiga spot wisata alam dan buatan itu ada juga atraksi budaya yang digelar setiap tahun. Atraksi ini di beri nama “Kuda Lumping” dan diselenggarakan 2 kali setahun pada saat lebaran dan hari kemerdekaan (17 Agustus), atraksi budaya ini menjadi suguhan menarik bagi para wisatawan.
Kreatifitas warga di desa ini tergolong bervariasi dan terampil sehingga mampu menyuguhkan hidangan kuliner berbagai macam seperti Pecal Uleg, Ayam Kalasan, Pencek Durian, Dodol, Tape, Bolu Labu, Kelapa Muda, dan lain-lainnya. Kuliner ini disuguhkan di tempat-tempat spot wisata dan tersedia setiap hari dan cita rasa, aroma serta kekhasannya dapat dinikmati wisatawan.
Selain kuliner, Kelompok Sadar Wisata di Desa ini telah mulai menggarap pengembangan souvenir tampa yang dimodif dengan berbagai bentuk hiasan, bahannya dari bambu dirancang berciri khas budaya lokal untuk dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Kesadaran warga terhadap pengembangan desa wisata sudah mulai tumbuh terlihat dari keikutsertaan mereka menyiapkan beberapa homestay dan kepada para wisatawan dapat berlama-lama tinggal berwisata sambil belajar tentang kehidupan masyarakat dan sambil menikmati suguhan produk-produk wisata dan bagi wisatawan yang ingin bermalam sambil menikmati keindahan alam juga dapat menggunakan tenda camping yang disediakan POKDARWIS.
Eksistensi Kelompok Sadar Wisata tidak hanya berhenti disitu, lembaga desa selaku pengelola Desa Wisata di desa ini turut aktif dalam menjaga kelangsungan ekosistem, memelihara keindahan dan kebersihan alam lingkungan melalui kegiatan-kegiatan gotongroyong, menjaga kepastian keamanan bagi para pengunjung dan siapa saja yang berwisata ke desa ini, memberikan pelayanan terbaik dengan semboyan tamu adalah tuan yang harus diberi pelayanan terbaik terutama menyangkut kenyamanannya saat berwisata ke tempat ini
Jumlah kunjungan wisata dari tahun 2018 sampai tahun 2020 cenderung meningkat dan menurun setelah Covid-19 atau tahun 2021 dan tahun 2022 kembali meningkat, sehingga rata-rata kunjungan ke desa wisata ini mencapai 100-150 orang per harinya.
Desa Lau Bagot berada di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 600 Ha ketinggian 950-1.100 mdpl. adapun batas-batasanya di sebelah timur Sungai (Lae) Belulus, sebelah barat Desa Sukandebi, sebelah utara Desa Tigalingga dan sebelah selatan Desa Palding.
Penduduk desa ini berjumlah 2.316 jiwa atau 689 Kepala Keluarga yang terdiri dari Laki-Laki 1.138 jiwa dan Perempuan 1.178 Jiwa. Mayoritas penduduk bermatapencaharian dari pertanian sebanyak 90 % dan sisanya bekerja di sektor jasa sekitar 10 %.
Sistem kekerabatan di desa ini melekat dengan kultur gotongroyong yang tergambar dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan adat budaya lintas etnis yang terdiri dari Karo sebanyak 35%, Toba 35%. Jawa 20% dan Pakpak 10% dari total jumlah penduduk. Jika seorang warga (keluarga) menyelenggarakan prosesi adat (pesta) maka semua warga lainnya turut berpartisipasi sehingga tidak terdapat sekat-sekat antar etnis.
Jenis tanaman yang dikembangkan penduduk terdiri dari tanaman keras sebagai mayoritas dan tanaman pangan seperti Kakao, Kelapa, Sawit, Pinang, Kopi Robusta, Durian, Kemiri, Padi dan Jagung. Peruntukan luas Desa teridiri dari bangunan 35 ha, kebun 264 ha, lahan basah 232 ha, kuburan umum 1 ha, jalan desa 8 ha.
Sebelum menjadi Desa Lau Bagot tahun 1948, kampung ini didirikan oleh Marga Lingga yang disebut sebagai marga simantek kuta yang jaraknya tidak jauh dari jalan lintas (status jalan Negara)Tigalingga – Kuta Buluh - Aceh Tenggara (Kota Cane). Untuk menuju Desa Lau Bagot cukup dengan menempuh waktu 10 menit dari jalan lintas tersebut.
Desa Lau Bagot memiliki beragam potensi wisata yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Bapak Sadimin yang dimulai dari Kolam Pancing sampai menjadi kolam renang “Lestari” saat ini. Spot wisata Kolam Renang ini menjadi daya tarik utama (potensi unggulan) yang sudah dijajal wisatawan dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Dairi, Kabupaten Tanah Karo, Medan dan dari Aceh. Kolam Renang ini juga dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti pondok wisata, spot selfie, kuliner, souvenir dan homestay. Tanaman sawit dan kelapa hijau yang turut menghiasi kolam renang ini dapat juga dijadikan sebagai tempat bersantai, berkemah sambil menikmati kesegaran buah kelapa muda.
Posisi kolam renang lestari berada tidak jauh dari pinggiran lae belulus atau sekitar 100 meter. Potensi Lae Belulus juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, airnya sejuk dan bersih menjadikan kelayakannya dinikmati pengunjung sebagai wahana bermain air dan mandi. Lae Belulus membentang dari desa Desa Sarintonu sampai Desa Lau Sireme melewati Desa Lau Bagot dan sekaligus menjadi Batas dengan Desa Gunung Tua (Kecamatan Tanah Pinem). Pengelolaan wisata di Lae Belulus sudah mulai dilakukan oleh Desa dengan menawakan pondok wisata bernyanyi, ruang kuliner dan spot foto.
Desa Lau Bagot memiliki spot wisata “Pancur Merdeka”. Airnya jernih keluar dari batu tebing dan dipasang pancur (pipa) dapat dinikmati setiap wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Selain ketiga spot wisata alam dan buatan itu ada juga atraksi budaya yang digelar setiap tahun. Atraksi ini di beri nama “Kuda Lumping” dan diselenggarakan 2 kali setahun pada saat lebaran dan hari kemerdekaan (17 Agustus), atraksi budaya ini menjadi suguhan menarik bagi para wisatawan.
Kreatifitas warga di desa ini tergolong bervariasi dan terampil sehingga mampu menyuguhkan hidangan kuliner berbagai macam seperti Pecal Uleg, Ayam Kalasan, Pencek Durian, Dodol, Tape, Bolu Labu, Kelapa Muda, dan lain-lainnya. Kuliner ini disuguhkan di tempat-tempat spot wisata dan tersedia setiap hari dan cita rasa, aroma serta kekhasannya dapat dinikmati wisatawan.
Selain kuliner, Kelompok Sadar Wisata di Desa ini telah mulai menggarap pengembangan souvenir tampa yang dimodif dengan berbagai bentuk hiasan, bahannya dari bambu dirancang berciri khas budaya lokal untuk dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Kesadaran warga terhadap pengembangan desa wisata sudah mulai tumbuh terlihat dari keikutsertaan mereka menyiapkan beberapa homestay dan kepada para wisatawan dapat berlama-lama tinggal berwisata sambil belajar tentang kehidupan masyarakat dan sambil menikmati suguhan produk-produk wisata dan bagi wisatawan yang ingin bermalam sambil menikmati keindahan alam juga dapat menggunakan tenda camping yang disediakan POKDARWIS.
Eksistensi Kelompok Sadar Wisata tidak hanya berhenti disitu, lembaga desa selaku pengelola Desa Wisata di desa ini turut aktif dalam menjaga kelangsungan ekosistem, memelihara keindahan dan kebersihan alam lingkungan melalui kegiatan-kegiatan gotongroyong, menjaga kepastian keamanan bagi para pengunjung dan siapa saja yang berwisata ke desa ini, memberikan pelayanan terbaik dengan semboyan tamu adalah tuan yang harus diberi pelayanan terbaik terutama menyangkut kenyamanannya saat berwisata ke tempat ini
Jumlah kunjungan wisata dari tahun 2018 sampai tahun 2020 cenderung meningkat dan menurun setelah Covid-19 atau tahun 2021 dan tahun 2022 kembali meningkat, sehingga rata-rata kunjungan ke desa wisata ini mencapai 100-150 orang per harinya.