DESA KENDERAN
Desa Kenderan terletak di Desa Kenderan Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Desa Kenderan terletak di 115.28955 BT / -8.455958 LS dimana mempunyai luas wilayah sekitar 7.18 km 2 dan berada pada ketinggian kurang lebih 600 meter dari atas permukaan laut. Desa Kenderan memiliki bentuk permukaan tanah/bentang lahan yang relatif datar. Daratan ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, persawahan, tempat suci, kuburan, jalan umum, sekolah dan lain-lain. Desa Kenderan memiliki iklim tropis dengan temperatur minimum 22" C dan maksimum 28" C, dengan kelembaban rata-rata diatas 80%.
Adapun batas-batas wilayah Desa Kenderan adalah :
1. Sebelah Utara : Desa Kedisan
2. Sebelah Timur : Desa Sanding
3. Sebelah Selatan : Desa Tegallalang
4. Sebelah Barat : Desa Tegallalang
Desa Kenderan memiliki lokasi yang strategis dan sangat mudah diakses dalam hal komunikasi maupun koordinasi, khususnya dengan tingkat pemerintahan Kecamatan maupun Kabupaten. Orbitasi atau jarak Kantor Perbekel dalam radius kilometer adalah sebagai berikut :
1. Jarak Desa Kenderan ke Kota Kecamatan : 5 km
2. Jarak Desa Kenderan ke Kota Kabupaten : 20 km
3. Jarak Desa Kenderan ke Kota Provinsi : 32 km
Wilayah Desa Kenderan dipimpin oleh seorang Perbekel dan terdiri dari 10 banjar dinas dan 3 Desa Adat, masing-masing banjar dipimpin oleh seorang Kelian Banjar Dinas.
Adapun Banjar Dinas di Desa Kenderan adalah, Banjar Dlod Blungbang, Banjar Pande, Banjar Tangkas, Banjar Tengah, Banjar Triwangsa, Banjar Gunaksa, Banjar Pinjul, Banjar Dukuh, Banjar Kenderan, dan Banjar Kepitu.
Sedangkan untuk Desa Adatnya sendiri Desa Kenderan memiliki 3 Desa Ada tantara lain, Desa Adat Dlod Blungbang, Desa Adat Manuaba, dan Desa Adat Kenderan.
Pola pemukiman masyarakat Desa Kenderan berdasarkan pada konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari parahyangan (area persembahyangan), pawongan (area perumahan/pemukiman) dan palemahan (area perkebunan dan peternakan) sehingga akan menjadikan lingkungan menjadi harmonis.
Ke-indra-an begitulah masyarakat sering menyebut Desa Kenderan yang berarti ?Istana Dewa Indra? dalam dunia pewayangan. Sesuai Mitology masyarakat setempat merupakan pelarian Raja Maya Denawa berubah wujud menjadi Dedari Kendran.
Atas dasar opini masyarakat tersebut kemudian lambang dari Dewa Indra dijadikan sebagai lambang dari Desa Kenderan itu sendiri. Saking kuatnya kepercayaan masyarakat, bahkan mulai dari letak geografis desa, kesuburan hingga keindahan desa diimajinasikan sama dengan Kraton Dewa Indra di Indraloka.
Ada dua lokasi yang bisa dijadikan patokan untuk mengawali proses sejarah Desa Kenderan. Lokasi tersebut adalah Petirtaan Telaga Waja dan Desa Manuaba. Nama Manuaba sendiri sering dikaitkan dengan nama-nama desa sekitarnya yang juga memakai nama manuk (burung) sebagai nama desa. Yang perlu diketengahkan adalah praduga beberapa orang sarjana arkeologi tentang kekunoan Manuaba sebagai sebuah pemukiman. Di kawasan Desa Manuaba ditemukan (2) dua Sarcophagus di Subak Uma Lawas. Di Pura Puseh/Desa Manuaba ada beberapa pecahan alat pencetak nekara perunggu. Rekontruksi imaginatif terhadap penemuan ini memberi petunjuk bahwa alat cetak ini diyakini ada hubungannya dengan nekara perunggu yang ada di Pura Penataran Sasih di Desa Pejeng.
Petirtaan Telaga Waja yang ada di lokasi tersebut memberikan petunjuk dimana tempat tersebut merupakan sebuah tempat pertapaan dalam bentuk kuil (Wihara). Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya ceruk-ceruk untuk bersemedi, ceruk untuk beristirahat, pancuran mandi dan pancuran air suci. Pada bibir ceruk yang paling besar terdapat relief yang berbentuk huruf. Bukti-bukti yang ditemukan memberi petunjuk bahwa Telaga waja yang terletak di tepian barat Desa Kenderan, sejak abad ke X telah terjadi kegiatan keagamaan di tempat tersebut yang dapat dipastikan berpengaruh pada budaya masyarakat Desa Kenderan pada jaman itu.
Dalam abad XVII pada pemerintahan Dalem Di Made yang beristana di Gelgel, telah datang ke Desa Manuaba seorang Pendeta bernama Pedanda Sakti Buruan. Beliau dikenal dalam cerita rakyat sebagai seorang Pendeta yang mengutamakan kehidupan religius ( Kadyatmikaan) dan mengabdi pada kesejahteraan masyarakat. Hal ini nampak jelas dengan peninggalan beliau di Desa Manuaba Berupa sebuah Pura dan sebuah bendungan.
Semua kebaikan dan kemakmuran yang telah diwujudkan oleh sang pendeta, telah menimbulkan iri hati beberapa kepala wilayah pada masa itu. Salah seorang diantaranya bernama Gusti Batu Lepang. Rasa iri dan khawatir menghadapi wibawa Sang Pendeta, telah mendorong Batu Lepang beserta para pengikutnya menyerbu dan merusak pemukiman sang pendeta di Manuaba. Dalam pertempuran Sang Pendeta lenyap, sedangkan istri, putra-putra dan cucunya berhasil meloloskan diri kearah timur.
Setelah Pendeta Sakti Manuaba pergi, kemudian muncul sesosok elit baru yang memimpin masyarakat manuaba. Beliau berasal dari klan Kesatria Taman Bali atau yang saat ini dikenal dengan ?Bangli?. Sangat sulit untuk bisan menentukan kapan sekiranya elit ini mulai bermukim di kawasan Manuaba menemukan batasan tahun yang tepat. Namun yang pasti jelas adalah bahwa merekau telah memindahkan pusat kegiatan pemerintahan desa, dari Manuaba ke Kenderan. Tidak ditemukan petunjuk mengapa pimpinan yang baru ini memindahkan pusat pemerintahan desa ke Kenderan.
Ketika pulau Bali pecah menjadi sembilan kerajaan kecil ( sekitar tahun 1651 M ), desa Kenderan termasuk Wilayah manca agung Tegallalang dan berada dalam kekuasaan kerajaan Bangli. Status desa Kenderan adalah Penggawa ( setingkat dibawah manca agung, tetapi diatas pembekel gede ). diperkirakan pada masa inilah kaum Ksatria Taman Bali mulai ditempatkan sebagai elite desa yang baru di desa Kenderan. Mereka bertugas mempertahankan tapal batas kerajaan dengan kerajaan Gianyar. Tetapi ketika Gianyar berhasil merebut wilayah ini dari kerajaan Bangli, maka dengan sendirinya desa Kenderan masuk Wilayah Kerajaan Gianyar.
Dapat disimpulkan ada Tiga masa perjalanan sejarah Desa Kenderan sbb:
Dengan diketemukan Peninggalan Batu Pencetak Nekara diyakini ada keterkaitannya dengan Nekara Pejeng dan 2 sarcophagus di Pura Batulusu di Subak Uma Lawas Kaja, Manuaba, Kenderan
Terdapat tempat pertapaan Budha Kasogatan pada abad ke X di Beji Pura Telaga Waja Br Kepitu, Kenderan dan sekarang berpungsi sebagai tempat Petirtaan / melukat.
Pada abad ke XVII berdirinya Pura Griya Sakti Manuaba oleh Ida Pedanda Sakti Buruan beliau adalah cucu dari Ida Danghyang Nirartha dan sekarang merupakan tempat pemujaan utama dari Klan Brahmana Manuaba di Bali
Ketiga masa tersebut memberikan identitas tersendiri gabi masyarakat Desa Kenderan dengan tradisi yang terpelihara sangat baik, berupa tinggalan sejarah dan arkeologi, sistem sosial dengan kegiatan upacara keagamaan yang unik dan khas.
Bentang alam persawahan yang subur dengan kontur yang variatif menyajikan pemandangan alam yang menyejukkan mata dan jiwa bagi setiap orang yang mungkin hanya sekedar lewat atau sengaja berkunjung.
Hal ini tentunya merupakan potensi wisata yang besar dengan keunikan tersendiri bila dikemas dengan baik.