Dari segi sejarah, Desa Kayuputih telah berada sejak zaman prasejarah. Ha ini dapat dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan berupa sarkofagus / peti mayat dan ditemukan 1 (satu) buah pura yang bernama Pura Munduk Duur yang berisi pojokan-pojokan batu yang dipercayai sebagai kepercayaan leluhur pada zaman Bali Kuno. Selanjutnya pada zaman sejarah telah masuk ajaran kepercayaan yaitu ajaran Siwa yang dibuktikan dengan adanya patung Siwa Pasupata dengan peninggalan-peninggalannya antara lain: di Pura Bale Agung terdapat Palus yang bentuknya disamakan menyerupai alat kelamin laki-laki yang terbuat dari batu andesit dimana bagi masyarakat penyungsungnya disebut Dewa Gede Celak Kontong. Lalu di Pura Munduk Duur terdapat Lingga Yoni, Stupa Budha, dan 2 (dua) buah patung kuda laki dan kuda betina terbuat dari batu andesit yang diyakini sebagai penjaga.
Kemudian memasuki zaman kerajaan, Desa Kayuputih pada zaman kerajaan Ki Barak Panji Sakti bernama Desa Tarupingi yang meliputi Banyuasrep (Desa Banyuatis). Yang memegang pemerintahan adalah Ki Pasek Gobleg sebagai prajuru (akuwu) dari Ki Barak Panji Sakti. Dan kemudian pada zaman penjajahan Belanda, sudah dikenal adanya sistem pemerintahan di Desa sehingga Tarupingi diganti dengan nama Desa Kayuputih. Dari segi geografis dan administrative, Desa Kayuputih berada pada dataran tinggi dan sedang dengan batas-batas wilayah yaitu sebelah timur berbatasan dengan Desa Munduk, sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunung Sari, sebelah utara berbatasan dengan Desa Gobleg, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banyuatis.
Dengan kondisi tanah dataran tinggi dan sedang terletak diantara ketinggian 400 sampai 550 meter dari permukaan laut, dimana luas wilayahnya 383.165 Ha/M2. Masyarakat Desa Kayuputih mayoritas bekerja sebagai petani perkebunan seperti cengkeh, kopi, dan berbagai jenis hortikultura serta petani sawah sebagai penghasil beras. Khusus untuk persawahan di Desa Kayuputih terdapat 6 subak basah yaitu Subak Kayuputih, Subak Menagung, Subak Sanda, Subak Belong, Subak Bebau, dan Subak Bolangan.
Guna menopang perekonomian, masyarakat Desa Kayuputih juga mengandalkan sektor peternakan berupa sapi, kambing, babi dan ayam broiler. Dalam hubungannya dengan sektor pertanian, usaha peternakan yang ada di Desa Kayuputih sudah mendukung perkembangan pertanian secara terpadu dan berwawasan agrobisnis. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan limbah dari ternak sebagai pupuk untuk pertanian.
Selain pertanian dan peternakan, desa kayuputih juga memiliki potensi unggulan dibidang pariwisata. Desa Kayuputih memiliki panorama wisata alam yang cukup memadai yang didukung oleh daerah tujuan wisata seperti air terjun, wisata trekking serta wisata seni dan budaya. Selain itu Desa Kayuputih juga merupakan wilayah penyangga dari pada Desa Munduk yang mana potensi wisatanya sudah terkelola dengan baik.
Belum ada atraksi