Sejarah panjang Surabaya sejak zaman Keraton Mataram hingga masa pendudukan Belanda terekam dalam satu kawasan Kampung Lawas Maspati. Bak melampaui lorong waktu tempoe doeloe, jalan kampung ini menawarkan masa patih Kerajaan Mataram dengan istal kudanya. Hingga seperti yang terasa di teras rumah bekas kediaman Raden Soemomihardjo, tokoh Keraton Surakarta yang dipanggil “ndoro mantri” oleh warga Maspati. Juga di bekas sekolah Ongko Loro atau sekolah desa di masa pendudukan Belanda. Dari masa perjuangan juga masih ada bangunan bekas pabrik roti milik Haji Iskak yang menjadi dapur umum saat pertempuran bersejarah 10 November 1945. Dengen tegel antik dan detail unik di dalamnya, bangunan tersebut sejak tahun 1958 hingga kini beralih fungsi menjadi Losmen “Asri”. Dan masih banyak lagi bangunan peninggalan kolonial yang tertata rapi dengan langgam arsitektur khas Indis hingga ekletis (campuran). Benar seperti kata petualang Belanda, Artus Gijsels, Surabaya adalah “Amsterdam from the east” atau kembaran Kota Amsterdam dari Timur.