Dusun Kiringan sudah turun temurun dikenal dengan desa penghasil produk jamu. Potensi sumber daya terbesar Dusun Kiringan adalah jamu tradisional. Sudah sejak dulu warga masyarakat mulai menanam Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di pekarangan rumah mereka.
Penanaman tanaman obat tersebut awalnya hanya bertujuan untuk mempermudah perolehan bahan baku pembuatan jamu tradisional warga masyarakat Dusun Kiringan.
Namun seiring berjalannya waktu kabar mengenai jamu tradisional ini sampai ke berbagai daerah sekitar. Sehingga permintaan akan jamu semakin tinggi. Seiring berjalannya waktu, Dusun Kiringan menjadi Desa Wisata Jamu Kiringan yang diresmikan pada tahun 2016 dengan nama Desa Wisata Jamu Gendong.
Dengan mengunjungi Desa Wisata Jamu Kiringan maka pengunjung akan merasakan dan melihat langsung bagaimana proses pembuatan jamu tradisional tersebut. Mulai dari memilih empon-empon, kemudian meracik agar menjadi jamu. Lalu nanti bisa meminum sendiri jamu racikan tersebut memakai "bathok (tempurung kelapa). Hasil akhir bisa dibawa pulang.
Pengunjung juga bisa berinteraksi langsung dengan ibu-ibu penjual jamu yang sudah berpengalaman puluhan tahun dalam menjual jamu ke kampung-kampung. Lambat laun mulai diciptakan kreasi jamu instan model bubuk. Sehingga lebih higienis, mudah dibawa dan dikirimkan ke seluruh wilayah Indonesia. Selain itu juga usia batas konsumsi lebih lama daripada jamu tradisional model cair.
Selain itu juga ada layanan Homestay, sehingga ketika pengunjung menghendaki untuk bermalam di Desa Wisata Jamu Kiringan akan terpenuhi. Sudah ada 7 homestay yang siap menerima tamu dan bermalam di sana.
Pengunjung bisa merasakan langsung bagaimana kehidupan orang desa, dan makan makan yang sehari-hari dimakan orang desa.
Sejarah Jamu Kiringan
Di zaman Belanda hendak hengkang dari Nusantara (Doorstood, Tahun 1950), ada lbu bernama Joparto. Beliau sebagai buruh membatik di Kota Yogyakarta. Suatu saat berjumpa dengan abdi dalem Kraton Yogyakarta supaya alih profesi sebagai penjual jamu.
Alhasil Ibu Joparto (ibu dari Bu Pur) menjadi peramu sekaligus penjual jamu yang nilai ekonomi nya lebih baik dibandingkan dengan menjadi buruh batik.
Karena menjualnya dengan cara digendong, maka pada awalnya disebut "Jamu Gendong". Berawal dari 2 tetangganya yang ikut berjualan, kini telah terdapat sebanyak 132 pengrajin jamu gendong di Desa Kiringan.
Belum ada homestay