Kerajinan tenun Gamplong sudah ada sejak jaman penjajahan Jepang. Pada mulanya kerajinan di Gamplong hanya menghasilkan bagor, seiring berkembangnya kerajinan bertambahlah kerajinan berupa stagen, handuk, kain kasa, dsb.
Ketika Negara Republik Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998 . sehingga harga barang di indonesia menjadi sangat murah jika dinilai dengan mata uang dollar. Hal ini member dampak positif bagi para pengrajin di Gamplong karena banyak turis asing yang mencari barang kerajinan serat alam yang ramah lingkungan ke desa Gamplong.
Kemajuan desa gamplong dalam menghasilkan kerajian serat alam ini tidak lepas dari dampak para pengusaha yang gulung tikar karena nilai rupiah yang anjlok. sehingga pada saat itu perkembangan kerajinan desa wisata gamplong tidak mengalami kendala dalam persaingan pasar karena tidak banyak masyarakat yang berkembang saat terjadi krisis moneter.
Seiiring berjalannya waktu pada tahun 2001 dibentuk paguyuban yang bernama TEGAR ( tekun, ekonomis, gigih, amanah, rajin) dengan tujuan agar dapat menyatukan para pengrajin di desa Gamplong dan agar dapat bersaingan dengan pengrajin diluar desa Gamplong yang ketika itu mulai tumbuh para pengrajin diberbagai tempat.
Setelah dibentuk paguyuban tersebut kemajuan kerajinan di desa Gamplong terkontrol dan merata, sehingga produk atau hasil kerajinan di desa Gamplong semakin melimpah dan bervariasi. Oleh karena itu oleh bapak bupati sleman ditetapkan sebagai desa cinderamata. Hal ini berdampak pada bertambahnya kunjungan wisatawan ke desa Gamplong untuk sekedar belanja,belajar, atau melekukan penelitian. Seiring perkembangan karena banyak wisatawan yang datang dengan tujuan wisata maka pada tahun 2004 desa cinderamata Gamplong berubah menjadi desa wisata kerajinan gamplong.
Belum ada homestay