Mengingat Sejarah Desa Cisaat adalah Identik dengan kehidupan seorang tokoh () Penyebar agama Islam di kawasan Sagalaherang Wetan tepatnya di Padukuhan Cisaat. Sebagai seorang yang patuh dan taat pada ajaran agama islam beliau juga sangat gigih dalam berkarya dan bekerja, beliaulah yang pertama membuka hutan dan semak belukar menjadi grumbul-grumbul untuk pemukiman dan areal pesawahan yang cukup luas meliputi beberapa Grumbul diantaranya 1. Grumbul Ciheas yang sebelumnya tumbuh pohon Gadog yang besar dan rindang dibawah pohon tersebut terdapat mata air yang keluar berbunyi mendesis (ngaheas) sehingga di sebut Ciheas dan selanjutnya pada suatu ketika ada seseorang yang nebang pohon Gadog tersebut dan kemudian sebelum tumbang dari pohon tersebut banyak keluar ulat bulu sehingga menggangu ketemtraman dan kenyamanan warga yang bermukim di tempat tersebut. Sehingga akhirnya salah seorang tokoh / sesepuh mencari kembali tempat pemukiman yang baru tidak terlalu jauh dari pemukiman lama dengan berorientasi bahwa pemukiman baru tersebut yang tidak terlalu jauh dari sumber air . Dalam mencari pemukiman tersebut salah seorang tokoh / sesepuh mengecek sumber air dengan menggunakan tombak (Cis) beberapa kali tombak itu ditancapkan tetapi tak ayal air tidak kunjung keluar (saat) sehingga daerah tersebut dinamakan Cisaat, tetapi tidak putus asa beberapa langkah dari tempat tersebut itu Cis (tombak) kembali ditancapkan berkali-kali tepat dibawah rumpunan tebu (Tiwu) dan ternyata dari rumpunan tebu tersebut keluarlah air, maka dilokasi titu dinamakan Citiwu, sehingga lokasi mata air tersebut sampai sekarang digunakan sebagai mata air pokok penduduk Cisaat yang bernama Citiwu. Dari tahun ketahun penduduk di pemukiman / padukuhan tersebut semakin berkembang maka bermunculan pemukiman-pemukiman baru disekitarnya yang kemudian terbentuklah padukuhan-paduhan diantaranya kp. Cilimus, Koleberes, Cigangsing, Jagarnaek, Cerelek, Gunung Nutug, Babakan Pasir dan Cikanyere. Sebelumnya untuk memimpin padukuhan tersebut dikepalai oleh seorang kepala suku yang diambil dari totokoh Agama dan kemudian setelah Pemerintah Kolonial Belanda mencetuskas suatu aturan bahwa disuatu wilayah kumpulan padukuhan yang dipimpim oleh seorang Kepala Suku dirubah menjadi satu kawasan Desa yang dikepalai oleh seorang Lurah Kongsi, Kuwu Menir yang ditunjuk oleh Pemerintah Belanda maka diwilayah ini pun dibentuk suatu Pemerintahan Desa yang disebut Desa Cisaat hanya saja Pemerintah Belanda tidak menunjuk kuwu melainkan Belanda menyetujui ajuan warga masyarakat Desa Cisaat, dan mulai Tahun 1900 wilayah ini dikepalai oleh seorang Lurah / Kuwu.
Desa Cisaat adalah salah satu desa yang berada di selatan Kabupaten Subang, yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Purwakarta. Dengan ketinggian 700 mdpl. Desa Cisaat memiliki luas wilayah 699,57 Ha, yang terdiri dari 4 dusun dengan 6 rukun warga dan 28 rukun tetangga. Desa Cisaat memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Curugrendeng
Sebelah Timur : Desa Palasari
Sebelah Selatan : Desa Ciater
Sebelah Barat : Desa Cicadas
Wilayah selatan Kabupaten Subang merupakan salah satu zona pariwisata di Kabupaten Subang, sehingga Desa Cisaat berada di area objek wisata yang sudag berjalan bahkan terkenal salah satu contoh pemandian air panas Sari Ater, Castelo dan banyak lagi.
Desa Wisata Edukasi Cisaat merupakan desa wisata yang mengembangkan wisata edukasi dan budaya yang berbasis kearipan lokal. Dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan aktifitas/kegiatan yang dikunjungi, dikemas dengan menggabungkan unsur kegiatan wisata dengan muatan pendidikan didalamnya.
Desa Cisaat memiliki aneka ragam wisata diantaranya :
Desa Cisaat terdapat objek agrowisata berupa kebun nanas, yang menawarkan sensasi petik buah sendiri, Wisata Kebun Teh, Jelajah Alam dimana pengunjung akan disuguhkan akan keindahan alam pedesaan yang masih sejuk dan asri, wisata bercocok tanam padi dan masih banyak lagi potensi wisata alam lainnya.
Di Desa Cisaat juga terdapat wisata buatan seperti Kolam renang mata air Cimutan, dengan kejernihan dan kesegeran airnya akan memanjakan pengunjung untuk berlama-lama ditempat tersebut. Terdapat juga Spot Selfi Cilampeneng Cor, yaitu jalan raya yang dibuat dengan menggunakan bahan coran kemudian sepanjang jalan tersebut dilukis mural sehingga menciptakan keindahan bagi pencinta foto selfi dengan latar belakang keindahan hamparan kebun teh. ada pula Lapang Sepak bola yang pernah dipakai oleh pesepak bola dunia asal prancis zinedine Zidane pada Juli 2007, sehingga lapang sepak bola tersebut diabadikan dengan nama Lapang Sepak Bola zinedine zidane. Kampung Zidane sendiri merupakan proyek percontohan program industri susu dari perusahaan makanan dan minuman asal perancis Groupe Danone untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas susu segar, Cisaat dipilih karena bidang peternakan Cisaat menjadi salah satu unggulan di Kabupaten Subang sebagai salah satu sentral penghasil susu murni.
Desa Cisaat memiliki keanekaragaman budaya yang masih dipertahankan sampai saat ini, baik religi, kesenian tradisional dan kuliner yang memiliki keunikan tersendiri.
Desa Cisaat memiliki situs peninggalan sejarah yang sampai saat ini masih dilestarikan keberadaannya bahkan kegiatan-kegiatan budayanya masih dilaksanakan baik dengan agenda waktu ada yang 3 bulan sekali ataupun satu tahun sekali, seperti :
Desa Cisaat memiliki kesenian tradisional yang masih aktif dan dilestarikan diantaranya :
Kesenian Gemyung yaitu seni tradisional yang menggunakan genjring sebagai alat utama. Gembyung pada saat pagelaran selalu menampilkan alunan musik yang sangat tradisional dan musik yang dilantunkan mengandung unsur yang sangat sacral. Lagu atau lirik seni gemyung tercipta dari sholawatan yang liriknya berbahasa sunda kuno.
Singa depok atau biasa juga disebut oleh masyarakat sunda sisingaan yaitu patung boneka yang menyerupai singa simbol dari dua negara Belanda dan Inggris. Singa Depok lazimnya disebut gotong singa atau masyarakat menyebutnya Sisingaan Kesenian sisingaan (singa depok) merupakan seni tradisional khas Kabupaten Subang, dan Desa Cisaat salah satu daerah yang masih melestarikan seni tradisional sisingaan.
Desa Cisaat memiliki sanggar seni tari Jaipong denga instruktur berpengalaman bahkan melahirkan talenta-talenta yang berprestasi baik tingkat nasional maupun internasional
a. Papais Cisaat.
Papais ini semacam makanan camilan. Terbuat dari tepung beras dan gula aren, kemudian dibungkus daun bangban dan rasanya manis. Makanan ini sudah turun-temurun dari nenek moyang Desa Cisaat, Keunikan dari kuliner papais Cisaat berbeda dengan diwilayah lain karena tidak diperjual belikan secara komersil. Papais Cisaat dibuat secara pesanan atau pada acara-acara tertentu yang dilaksanakan di Desa Cisaat.
b. Abon Jantung Pisang
Abon Jantung Pisang Cisaat adalah kuliner khas di Kampung Cilimus, Desa Cisaat, ditangan kreatifnya jantung pisang yang biasanya tidak dilirik siapapun, bisa memiliki nilai jual yang tinggi. Diolah menjadi abon pisang yang nikmat.
IV. CHSE
Desa wisata Edukasi Cisaat menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) guna meningkatkan pelayanan bagi wisatawan. Kesehatan CHSE yaitu kebersihan, kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang berkelanjutan. Desa wisata memiliki potensi untuk menjadi destinasi yang akan disukai wisatawan terutama di tengah situasi pandemi COVID-19, karena biasanya memiliki area yang cukup luas, lingkungan yang hijau, serta udara yang sejuk dan segar.
Desa Wisata Edukasi Cisaat mengutamakan standar protokol kesehatan berbasis CHSE dengan cara melengkapi sarana dan prasara prokes seperti :
1. Tempat cuci tangan
2. Hand sanitizer
3. Memakai Masker
4. menggunakan Face shield
5. Menjaga jarak
Prokes tersebut terus disampaikan kesetiap pengunjung bahkan pemasangan papan pemberitahuan seperti banner dan lain sebagainya disetiap destinasi edukasi.