SAHASRA WARSA BATUAN; SERIBU TAHUN MENJAGA WARISAN BUDAYA BATURAN
Desa Batuan merupakan salah satu dari sedikit desa tua yang ada di Bali. Hal ini merujuk pada Prasasti Baturan yang ditulis pada masa Pemerintahan Raja Bali Kuno Srie Aji Marakata berangka tahun 944 Isaka atau 1022 Masehi dan hingga saat ini masih tersimpan serta disucikan di Pura Desa Puseh Adat Batuan. Prasasti Baturan menyebut Karaman I Baturan yang merujuk pada penduduk maupun sistem sosial yang sudah terbentuk di Desa Baturan. Istilah Citrakara yang termuat dalam prasasti menggambarkan profesi masyarakat saat itu sebagai pelukis atau orang yang memiliki kemampuan melukis. Istilah ini bersanding dengan banyak istilah lain yakni Sulpika (pematung), Undagi Kayu (tukang kayu), Undagi Batu (pematung/tukang batu), Pangarung dan lainnya. Karena pelafalan, Baturan kemudian dikenal menjadi Batuan hingga saat ini.
Momentum seribu tahun Prasasti Baturan yang dikemas dalam tema besar Sahasra Warsa Batuan merupakan titik balik bagi masyarakat Batuan secara bersama-sama untuk kembali kepada jati diri sebagai bagian dari masyarakat budaya yang hidup dan mengilhami budaya dalam setiap sendi kehidupannya. Seribu tahun adalah sebuah pencapaian besar dalam sistem sosial masyarakat setingkat desa, terlebih sebuah desa dengan warisan adat, budaya, tradisi dan seni yang luar biasa ragamnya.
Terdapat kelompok masyarakat yang menekuni bidang seni lukis, seni pahat patung, seni topeng, seni ukir kulit, tenun, pahat batu dan kerajinan kayu masih lestari hingga saat ini karena adanya semangat/spirit keikhlasan berkarya sebagai Yadnya (persembahan suci tulus iklhas kepada sang maha pencipta) dalam upaya melakukan konservasi di 5 proses kreatif yang bahkan berkembang ke seni tari dan tabuh, seni kerajinan perak, keris, kerajinan kayu (craft) dan tongkat. Desa Batuan memiliki warisan budaya yang lengkap dalam keberagaman.
Warisan budaya ini kemudian dikemas sebagai wisata Budaya dengan fokus pengembangan wisata yang berbasis budaya. Pengembangan wisata terintegrasi untuk meningkatkan time of spend dan long of stay dilakukan dengan wisata terinetgrasi. Wisatawan yang datang ke Desa Wisata Batuan deprogram untuk menikmati keindahan arsitektur Pura Puseh dan Desa Batuan, Wisata Praktik Melukis Gaya Batuan yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda bersama Komunitas Batur Ulangun, Wisata mengukir topeng dan kulit bersama Komunitas Citra Kara, Wisata belajar menari Gambuh Batuan bersama Komunitas Tari dan Tabuh Batuan serta menikmati kuliner khas Batuan. Rangkaian Wisata Desa ditutup dengan wisata Alam ke hamparan persawahan Lantangidung dan Tukad Wos.
Pengembangan konsep terintegrasi secara virtual juga telah dilakukan menggunakan basis website touree.id untuk pasar wisatawan virtual. Secara keseluruhan wisata terintegrasi dikembangkan melalui skema kerjasama antara Pengelola Pokdarwis, Bumdes Praja Kerta Desa Batuan, Desa Adat Batuan dan Komunitas terkait.
---Desa Batuan---