Desa Wisata Banjarasri merupakan salah satu Desa Wisata di lembah perbukitan Menoreh Kulon Progo Yogyakarta yang mengusung tema besar harmoni toleransi. Desa yang mayoritas penduduk memeluk agama Katholik ini memiliki sejarah kental dari masa kejayaan Misionaris asal Austria bernama Rama J.B. Prennthaler S.J. yang memulai karyanya di Banjarasri sejak tahun 1920. Selama hidupnya beliau melayani dan mengabdikan diri untuk umat, termasuk salah satunya mendirikan Gereja Santa Theresia Liseux Boro.
Semangat karya iman beliau tidak hanya perihal ibadah, tetapi juga kesehatan dan pendidikan. Rumah Sakit Santo Yusuf Boro merupakan pusat kesehatan yang didirikan pada masa itu. Selain sebagai pusat kesehatan masyarakat, pada masa itu Rumah Sakit ini juga diperuntukan bagi tentara-tentara korban perang masa penjajahan Agresi Belanda II di Yogyakarta dan menjadi satu kesatuan benteng pengamanan Markas Besar Komando Djawa di Boro Banjarasri pimpinan A.H. Nasution. Hingga akhirnya pada tahun 1938 didirikanlah Rumah Biara Bruder FIC dengan fokus karya dibidang Pendidikan, Panti Asuhan dan Industri.
Iman harus ditopang kesejahteraan itulah nilai hidup yang selalu ditanamkan Romo Prennthaler. Guna mewujudkan nilai hidup itu dibangunlah industri pertenunan dan sabun untuk menopang perekonomian masyarakat. Industri ini menampung tenaga kerja dari masyarakat sekitar untuk memproduksi kainĀ² tenun lenan rumah tangga dan sabun. Hasilnya dijual sebagai bahan mencukupi kebutuhan Rumah Sakit dan warga sekitar. Dimasa jayanya, pertenunan dikembangkan oleh Br. Yosue dengan menambah alat-alat tenun dan mendirikan ST (Sekolah Tenun). Membuka kursus jahit yang menunjang produksi pertenunan.
Keseluruhan peninggalan Misionaris ini masih kokoh berdiri dengan ornamen khas kuno dan tentu saja masih dipergunakan sebagaimana mestinya sampai dengan saat ini, Sebagai wujud menghormatan akan sejarah, bangunan-bangunan peninggalan tersebut masuk dalam bangunan cagar budaya.
Seiring berkembangnya jaman, meski Banjarasri merupakan desa dengan mayoritas pemeluk agama Katholik akan tetapi tetap menjalin kehidupan yang rukun bersama dengan minoritas pemeluk agama Islam. Sloka (Solawatan Katholik) adalah salah satu wujud toleransi di Banjarasri. Dimana solawatan merupakan ciri khas umat Islam dalam melagukan syair puji-pujian yang kemudian digubah menjadi puji-pujian umat Katholik. Iringan musik pun unik, yakni dari gamelan.
Nah.... tidakkah ingin mengunjungi Desa Wisata Banjarasri dalam kaledoskup tempo dulu di era sekarang? Tidakkah ingin merasakan sensasi masuk Rumah Sakit, Gereja dan Pabrik Tenun dengan nuansa bangunan tempo dulu yang unik? Tunggu apalagi??? Segera amankan tanggalnya dan lengkapi dengan paket-paket atraksi wisata di Desa Wisata Banjarasri. See you .....