Toponim Kadipaten, secara historis berasal dari suatu kawasan yang terdapat sebuah bangunan cagar budaya (BCB) yakni Ndalem Kadipaten yang terletak di sebelah Barat Kraton Yogyakarta Hadiningrat, yang konon dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI  sebagai tempat karantina dan nyantri (belajar) bagi calon putra mahkota Raja Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat. Secara administratif, Kelurahan Kadipaten merupakan salah satu wilayah yang berada di lingkup Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, saat ini Ndalem Kadipaten berubah nama menjadi Ndalem Mangkubumen.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa Kraton Yogyakarta selain sebagai salah satu tujuan obyek wisata utama di Yogyakarta, juga berfungsi sebagai pusat apresiasi seni dan budaya.

Hal tersebut tidak terlepas dari Kraton Yogyakarta yang memiliki peninggalan aset budaya dan sejarah. Sebagai contoh di Kampung Kadipaten, terdapat cagar budaya seperti ; Plengkung / Gapura Jagasura, Pojok Beteng Lor Kulon, Plengkung Tamansari, yang kesemuanya merupakan satu kesatuan merupakan kawasan “Beteng Baluwerti Kraton Yogyakarta” yang dulu pernah ada di masa pemerintahan Sri Sultan HB II. Perlu diketahui bahwa belum lama ini Pemda DIY tengah mengupayakan pengajuan/pendaftaran “Kota Yogyakarta Warisan Budaya Dunia” dengan melaksanakan program revitalisasi Sumbu Filosofi yang saat ini masih dalam proses pengkajian dan penilaian dari UNESCO. Maka dari itu, Kadipaten yang notabene merupakan salah satu kawasan penyangga Kraton Yogyakarta yang memiliki berbagai potensi adat dan seni tradisi dan situs heritageasli Kraton Yogyakarta yang adiluhung seperti tari klasik gaya Yogyakarta Hadiningrat, wayang orang dan kulit, karawitan gaya Yogyakarta, tembang mocopat dan musik kreatif (Gejog Lesung) juga beberapa situs heritage yakni Ndalem Pangeran Kraton. Semua potensi tersebut telah terbukti memberikan daya tarik dan pengalaman yang cukup unik dan khas tersendiri bagi wisatawan yang telah berkunjung di Kampung Wisata Kadipaten, Kraton Yogyakarta.