Tari Hedung adalah tarian tradisional sejenis tarian perang masyarakat Adonara, Flores Timur, NTT. Tarian ini dibawakan oleh para penari pria maupun wanita dengan menggunakan pakaian serta senjata perang. Dalam pertunjukan tari tersebut, mereka menari dengan gerakan-gerakan yang menggambarkan jiwa kepahlawanan masyarakat Adonara di medan perang. Tari Hedung ini merupakansalah satu tarian tradisional yang cukup terkenal dan sering ditampilkan diberbagai acara seperti penyambutan tamu penting, acara adat dan festival budaya.
Tari Hedung ini awalnyamerupakan tarian tarian perang dan bagian dari ritual masyarakat Adonara dalam mengantar dan menyambut para pahlawan dari medan perang. Seiring dengan perkembangan jaman, fungsi tersebut telah berubah dan memiliki makna yang berbeda. Kini Tari Hedung dimaknai oleh masyarakat Adonara sebagai penghormatan kepada para leluhur. Selain itu tarian ini juga untuk mengenalkan dan mengingatkan kepada generasi muda akan tradisi, budaya dan jiwa kepahlawanan leluhur terdahulu.
Dalam pertunjukannya, tarian ini dimainkan oleh para penari pria maupun wanita. Untuk jumlah penari biasanya tidak menentu dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam tarian ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Hedung Tubak Belo (menggambarkan perang tanding), Hedung Hodi Kotek (menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang) dan Hedung Megeneng Kabeleng (penyambutan tamu). Jenis Tari Hedung ini biasanya ditampilkan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pada umumnya gerakan Tari Hedung ini lebih mengarah pada tarian perang dengan memainkan senjata sebagai properti menarinya.
Dalam pertunjukan Tari Hedung ini penari juga diiringi dengan iringan musik tradisional. Musik tradisional tersebut diantaranya seperti Gong bawa (gong gendang), Gong Inang (gong induk), Gong Anang (gong anak atau kecil), Keleneng, dan Gendang.
Kostum yang digunakan dalam pertunjukan Tari Hedung ini biasanya merupakan busana khusus. Untuk penari pria biasanya menggunakan Nowing sedangkan penari wanita menggunakan Kewatek. Untuk aksesoris terdiri dari Kalala (ikat pinggang), Senai (selendang) dan Kenobo (perhiasan kepala). Sedangkan untuk peralatan yang digunakan menari, diantaranya seperti Kanube (parang), Gala (tombak)dan Dopi (perisai).
Dalam perkembangannya, walaupun Tari Hedung sudah tidak digunakan sebagai tarian perang, tetapi masih sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, acara budaya dan berbagai acara adat. Berbagai variasi juga sering dilakukan, namun tidak meninggalkan keasliannya. Hal ini juga sering dilakukan masyarakat Lamahelan sebagai usaha dalam melestarikan dan memperkenalkan kepada masyarakat luas serta generasi muda akan tradisi dan budaya sebagai orang Adonara.