Sekitar tahun 1802 M Pasukan Tobelo memasuki salah satu wilayah Kesultanan Buton yaitu Kampung Kolowa dengan tujuan untuk menghancurkan Pemerintahan Kesultanan Buton yang berpusat di Keraton dan yang memangku jabatan pada saat itu adalah Sultan Badaruddin ( Sultan Buton ke 27 ).
Selama Pasukan Tobelo berada dikampung Kolowa untuk mempersiapkan pasukan serta peralatan perangnya untuk memasuki pusat Pemerintahan Kesultanan Buton di Keraton, terlebih dahulu menindak masyarakat Kolowa dengan sangat kejam, tragis dan semena-mena tanpa mengenal perikemanusiaan seperti pembunuhan, perampokan serta pemerkosaan. Dengan adanya peristiwa tersebut maka Tokoh-Tokoh masyarakat pada saat itu antara lain : Laode Yiha, Laode Dadi, Laode Dambi serta Laode Mbala mulai mempersatukan masyarakat untuk mengadakan perlawanan terhadap pasukan tersebut yang mengacaukan dan menghancurkan ketentraman hidup masyarakat yang ada di Kampung Kolowa khususnya dan umumnya pemerintahan Kesultanan Buton.
Berkat kerja sama Tokoh-Tokoh masyarakat dan masyarakat setempat mulailah mengadakan perlawanan terhadap pasukan Tobelo tersebut dan dengan Izin Allah SWT perjuangan tersebut dapat meraih kemenangan, walaupun dalam pertempuran mereka hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana yakni tombak, keris dan peralatan lainya, pasukan Tobelo mengalami kekalahan dan anggota pasukannya banyak yang tewas dan sisanya melarikan diri.
Untuk menyambut kemenangan tersebut mereka mengadakan pesta kemenangan dengan bergembira ria yaitu pesta Tarian Kangaru sebagai gambaran pada saat melawan pasukan Tobelo. Sehingga Tokoh-Tokoh masyarakat sejak saat itu menghimbau semua warga agar anak-anaknya yang telah berusia 10 tahun keatas diharuskan mempelajari ilmu bela diri dan ilmu kekebalan sebagai persiapan sewaktu-waktu ada ancaman ataupun serangan yang ingin mengacaukan masyarakat Kampung Kolowa serta wilayah Kesultanan Buton. Dan mulai saat itu pula dicanangkan bahwa Tarian Kangaru harus dilaksanakan pada setiap tahunnya yaitu setelah selesai melaksanakan ibadah dalam bulan ramadahan untuk mengenang perjuangan tersebut sekaligus rasa syukur atas kemenangan memerangi hawa nafsu sebulan lamanya.
Menjelang beberapa tahun lamanya dan Tokoh-Tokoh perintis Tarian Kangaru tersebut diatas memasuki usia lanjut sekitar tahun 1872 M maka untuk kelangsungan Tarian Kangaru diwasiatkan pada generasi penerus antara lain LA MAINDI ( MABARIYAH ). Kemudian setelah tahun 194 Bapak LA MAINDI meninggal dunia maka Tarian Kangaru diwasiatkan kepada anak cucunya sehingga sampai saat ini Tarian Kangaru tetap kita laksanakan seperti yang kita laksanakan pada hari ini.
Adapun Tarian Kangaru ini dilaksanakan dengan tujuan :