Sejak tahun 1930 oleh bapak Timpal / Lurah Cokro Aminjoyo dan pemuda desa tuksongo yang tergabung dalam komunitas syubbanul muslimin dan pada tahun 1952 yang selanjutnya diganti nama dengan nama dayakan (topeng kawedar), dan topeng kawedar sebagai nenek moyang dari paguyuban paguyuban yang lain dikarenakan topeng kawedar adalah salah satu paguyuban yang paling tua di antara paguyuban yang lain di daerah pariwisata candi borobudur dan sekitarnya. Topeng kawedar telah mengalami beberapa perubahan dengan perjalanan yang cukup panjang di lingkungan wisata candi boroudur yang dinamis. Tari dayakan merupakan jenis tari rakyat yang disajikan secara berkelompok. Penarinya berjenis kelamin laki laki dan perempuan yang berusia 20th-30th berasal dari para petani desa tuksongo yang peka terhadap lingkungan kehidupan di desa dan kampung wisata borobudur. Dalam tarian dayakan terdapat 4 sajian yaitu rodat, monolan, arak arakan dan kewanan yang diiringi dengan gamelan (jedor, dodok,bende,suling dan alat musik tradisional lainya) dan lagu yang bernuansa syiar agama islam dan jawa. Para pemuda tuksongo yang tergabung dalam komunitas topeng kawedar ini telah dibekali keahlian menabuh gamelan, membuat kostum dan topeng serta dibekali ilmu agama dan adat istiadat masyarakat agar semuanya bisa berjalan dengan baik.
https://youtu.be/9cfATEP-Lq4