Kain poleng hitam putih seperti papan catur membungkus altar tempat menaruh dupa sebagai sesaji. Di atasnya, bercokol sebuah batu ukir dengan simbol bintang segi delapan dengan sayap garuda di sisi kiri dan kanannya. Beberapa dupa, tampak belum habis terbakar. Altar itu adalah sebuah tetenger atau penanda Sendang Hargolawu, sebuah mata air besar yang ada persis di lereng bukit Hargo Dumilah, atau orang-orang lebih mengenalnya dengan Bukit Bintang. Tepatnya, ada di Padukuhan Plesedan, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul.
Mata air Sendang Hargolawu hanya berada beberapa langkah dari tetenger itu, dilindungi dengan sebuah bangunan beratap joglo. Di dalam bangunan itu, terdapat sebuah bak persegi dengan kedalaman tiga meter. Dari dalam bak itulah mengalir sebuah mata air yang kini jadi sumber kehidupan utama masyarakat di Padukuhan Plesedan.
“Tidak pernah kering bahkan di musim kemarau walaupun dipakai tiap hari oleh masyarakat,” kata Juru Kunci Sendang Hargolawu, Sudaryono, dengan bahasa Jawa, Sabtu (28/9).
Sendang Hargolawu di Piyungan Bantul, Kubangan Air dari Sunan Lawu (1)
zoom-in-white
Perbesar
Sekeliling mata air Sendang Hargolawu didominasi oleh pohon bambu. Dulu, sebenarnya ada pohon preh tua, sayangnya sekitar tahun 2000-an, pohon itu ditebang karena akar-akarnya dianggap merusak bangunan di sekitarnya.
Tak ada yang tahu pasti, sejak kapan Sendang Hargolawu ada. Tapi, masih banyak orang yang mengeramatkan sendang tersebut. Buktinya, masih sering dijumpai orang-orang yang bertapa di kawasan sendang terutama pada malam-malam tertentu.