Sudah tiga tahun kami menyimpan dan coba memecahkanya. namun, sampai saat ini kami belum ampu memecahkanya.
Kami sadar bahwa itu bukan profesi kami, sebab kami bukan peneliti atau bahkan bukan orang sejarawan. Kami hanyalah pemuda yang peduli akan sejarah wilayah kami.
Kami pernah coba untuk mencari bantuan pada orang yang memang dibidangya. namun, dari semua kontak yang pernah kami hubungi dan kirimi bentuk aksaranya, namu belum juga ada jawaban.
Kami juga sadar bahwa sejarah adalah pengetahuan yang cukup seksi, sebagai tonggak pengetahuan akan leluhur dan juga sebagai pengetahuan akan masa depan yang bertumpu dari masa lalu. kami mulai kahwatir dengan apa yang kami temukan ini, menjadi sebuah benang merah yang nantinya tidak ber endding dan dijadikan sebagi sebuah senjata untuk menjadikan wilayah kami sebagai halaman belakang dalam sejarah oleh orang yang punya kepentingan.
Tentu kesadaran itu tidak lahir karena subjektif semata, namun dari pengalaman jauh sebelumnya.
Terakhir kami dapat kabar dan mungkin semua orang yang suka sejarah tau, bahwa penemuan empat buah arca yang sampai saat ini disimpan di musium nasional sebagai warisan leluhur wilayah lombok. Namun sampai saat ini, kami tidak tau bentuknya dan tidak tau bagaimana sejarah dari keberadaan situs tersebut berada di tempat kami, hingga kami kami terus bertanya-tanya.
Kesadaran itu mulai kami sebarkan dan memulai untuk mengidentivikasi serta mengumpulkan situs yang berserakan. Termasuk salah satunya adalah sebuah prasasti (batu tulis) yang kami temukan di desa sapit, kecamatab suela kabupaten lombok timur.
Sejak kami temukan. Memulai memecahkanya dengan berbagai macam pendekatan. Salah satunya adalah mengumpulkan informasi dan dokumentasi tentang keaksaraan yang ada di nusantara dan bahkan dunia.
Sebelumnya selama empat bulan kami fokus untuk memperhatikan dan memperjelas bentuk tulisanya dengan cara manual ,yaitu. menebarkan bedak bai sebagai media untuk memperjelas bentuk huruf. Hingga kami bisa memulai untuk memadukanya dengan berbagai bentuk aksara yang sudah kami kumpulkan.
Kami memulainya dengan perbandingan akasara pallawa, jawa kuno dan batak. Identifikasi mulai kami lakukan, namun dari 303 huruf yang ada sekitar 30%nya mirif dengan aksara pallawa, jawa kuno dan batak.
Kemudian kami coba padukan dengan aksara brahmi yang secara teoritik dianggap sebagai aksara tua di dunia. Satu sisi aksara brahmi adalah aksara tua india yang sering dipakai pada masa raja asoka india. Sisi lain akasara brahmi sampai saat ini belum ada yang tau dari mana asal usulnya, namun dipercaya aksara tersebut adalah induk dari semua aksara yang ada di dunia.
Setelah kami coba padukan sekitar 50%nya mirif dengan aksara brahmi. Namun tentu ini hanya sebuah perpaduan yang secara sederhana kami lakukan.
Terakhir kali kami dikirimi oleh rekan alamat web youtub dan sebuah pemberitaan tentang sebuah keberadaan aksara yang sampe saat ini diburu oleh bangsa israel terkait dengan 10 kesepakatan tuhan pada masa nabi isa atau juga diyakini kesepakatan yesus dengan tuhan. Dipercaya menggunakan bahasa samaria.
Setelah kami coba cari informasi terkait dengan aksara tersebut, kami menemukanya di wikepedia, termasuk hasil dari pebjabaran manualnya. Dari jumlah huruf diprasasti yang kami temukan sekitar 50% mirip dengan aksara samaria.
Sapit adalah salah satu desa tertua yang ada di kabupaten lombok timur. Desa sapit sejak tahun 2004, berpindah kecamatan menjadi kecamatan suela, yang dulunya bergabung dengan kecamatan pringgabaya. secara kebudayaan, desa sapit termasuk kaya akan budaya, mulai dari budaya maulid bleq (maulid adad), bebubus batu, yelamet reban, ngayu-ayu, tolak bahla dan beberapa jenis budaya yang kita kenal diwilayah lain juga hampir sama dengan yang ada di desa sapit
Penemuan situs sejarah muali dari situs pra sejarah, aksara dan hingga pada masa sejarah abad 19, masih tersimpar rapi tanpa ada yang terputus. Situs sejarah pada masa megalitikum seperti: jenis Punden, Menhir, Dolmen dan jenis Batu Lisung, serta ada juga tersimpan Bentuk Sarcofagus. Semetara pada masa aksara, masyarakat desa sapit memiliki sebuah prasasti yang diduga bertuliskan dengan aksara arm dan juga mirip dengan aksara brahmi. Selain itu adanya situs sejarah desa sapit yang disimpan di musium nasional Jakarta yang terdiri dari: Acara Tara, Awalokitesvara, dam Arca Siwa Mahadesa yang dibuat pada abad 8-9, selain itu ada juga tersimpan di musium Nusa tenggara barat sebanyak satu buah arca. Tidak hanya itu ada masih tersimpan diwarga sejumlah lima buah arca, terdiri dari: arca dewi seri (ibun pertanian), arca jungle, soekarno dan dua diantaranya belum mampu diidentifikasi.
Jika mengacu pada babad lombok ada beberapa kerajaan yang ada di lombok, menguasi peradaban Suku sasak lombok: kerajaan laeq, kerajaan pamatan, kerajaan suwung dan kerajaan lombok.
Meskipun masing-masing individu, sampai saat ini masih simpang siur, mana yang lebih dulu dan mana yang belakangan. Versi babad kerajaan suwung, mengatakan bahwa lebih dulu Kerajaan suwung baru kemudian pindah ke kerajaan pamatan, begitupum sebaliknya, pada babad lombok versi kerajaan pamatan, lebih dahulu pamatan baru kemudian kerajaan suwung.
Setelah Pamatan Berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh raja Batara Indra. Setelah kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok. Kisah perjalanan sejarah Kerajaan Lombok pada bulan 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan Lombok. Ketika datang kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang.
Lebih lanjut dalam babad lombok kehancuran kerajaan pamatan oleh letusan gunung samalas, yang kita kenal saat ini adalah gunung rinjani, pada tahun 1257 mengatakan bahwa, pada tahun itulah kerajaan pamatan menghilang, tertimbun oleh letusan samalas, yang sampai saat ini masih belum di ketahui di mana lokasi kerajaan tersebut, namun penulis mencoba untuk mengkaji dan membuka sedikit kejanggalan sejarah yang selama ini menyebar luas di masyarakat, yang mengatakan bahwa pasca letusan gunung samalas masyarakat sasak lombok punah, yang kemudian membuat peradaban baru yang di mulai oleh orang jawa dan bali.
Meletusnya gunung samalas.
Gunung samalas meletus pada tahun 1257, dengan menyisakan kerusakan di mana mana, serta membentuk segara anak, sebagai icon duni. Bersamaan dengan itu kerajaan pamatanpun hilang tenggelam reruntuhan, dalam babad tersebut ada 6 kali di sebutan terkait soal meletusnya gunung samalas.
1. 274. Gunung Renjani kularat, miwah gunung samalas rakrat, balabur watu gumuruh, tibeng desa Pamatan, yata kanyut bale haling parubuh, kurambangning sagara, wong ngipun halong kang mati.
(Gunung Rinjani Longsor, dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, penghapusan Desa Pamatan, rumah-rumah rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati.)
2. 275. Pitung dina lami nira, gentuh hiku hangebeki pretiwi, hing leneng hadampar, hanerus maring batu Dendeng kang nganyuk, wong ngipun kabeh hing paliya, saweneh munggah hing ngukir.
Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Leneng (lenek), diseret oleh batu gunung yang hanyut, manusia berlari semua, sebahagian Lagi naik ke bukit.
3. 276. Hing jaringo hasingidan, saminya ngungsi salon darak sangaji, hakupul hana hing riku, weneh ngunsi samuliya, boroh Bandar papunba lawan pasalun, sarowok pili lan ranggiya, sambalun pajang lan sapit.
Bersembunyi di Jeringo, semua mengungsi dari kerabat raja, berkumpul mereka di situ, ada yang mengungsi ke Samulia, Borok, Bandar, Pepumba, dan Pasalun, Serowok, Piling, dan Ranggi, Sembalun, Pajang, dan Sapit.
4. 277. Yek nango lan pelameran, batu banda jejangkah tanah neki, duri hanare menyan batu, saher kalawan balas, batu lawang batu span batu cangku, samalim hing tengah, brang bantun gennira ngungsi.
(Di Nangan dan Palemoran, batu besar dan gelundungan tanah, duri, dan batu menyan, batu apung dan pasir, batu sedimen granit, dan batu cangku, jatuh di tengah daratan, mereka mengungsi ke Brang batun).
5. 278. Cincin Hana pundung buwak bakang, tana ‘gadang lembak babidas hiki, saweneh hana halarut, hing bumi kembang kekrang, pangadangan lawan puka hatin lungguh, saweneh kalah kang rong, mara hing langko pajanggih.
(Ada ke Pundung, Buak, Bakang, Tana ‘Bea, Lembuak, Bebidas, sebagian ada mengungsi, ke bumi Kembang, Kekrang, Pengadangan dan Puka benci-benci lungguh, banyak yang sampai, datang ke Langko, Pejanggik)
6. 279. Warnanen kang munggeng palowan, sami larut lawan ratu hing nguni, hasangidan ya riku, hingLombok goku medah, genep pitung dina punang gentuh, nulih hangumah desa, hing preneha siji-siji.
(Semua mengungsi dengan ratunya, berlindung mereka di situ, di Lombok tempat diam, genap tujuh hari gempa itu, lalu membangun desa, di tempat masing-masing).
Nama Desa Sapit
Secara definisi Desa Sapit sampai saat ini belum di ketahui pasti apa arti dan makna sapit itu sendiri, namun jika di perhatikan dari babad tersebut di katakan bahwa jauh sebelum kerajaan pamatan hilang, kata “sapit” sudah ada, itu artinya keberadaan desa sapit sudah ada semasa jayanya kerajaan pamatan, sebab pada no 3, halaman 276 pada babad tersebut di katakan, ketika samalas meletus seiring hancurya kerajaan pamatan, banyak kerabat raja yang pergi dan ngamanin diri ke wilayah sapit. Itu artinya desa sapit adalah salah satu desa tertua di wilayah sasak lombok, hanya saja memnag harus di akui sampai saat ini, belum di ketahui dengan pasti kapan, siapa, dan apa makna dari kata sapit itu sendiri.
Mengkaji kesejarahan desa sapit tentu saja tidak bisa hanya melihat dari catatan babad semata, sebab babad itu sendiri penuh dengan tendensi politiks, yang jelas melihat peradaban desa sapit harus memperhatikan dua fase yang harus diatasi, pertama fase pra sejarah dan kedua adalah fase sejarah, dimana dalam fase pra sejarah kita mengetahui beberapa tahapan, muli dari zaman batu tua, tengah dan zaman batu muda / dalam buku sejarah di sebut dengan zaman neolitikum.
Peradaban masyarakat desa sapit pada zaman megalitikum sudah masuk dalam kata gori neolitikum, karena prasasti peninggalan neolitikum sampai pada situs yang masih ada rapi, seperti batu jenis menhir, punden, dolmen, manik-manik batu, sarkofagus hingga pada arca prunggu kasar, masih tersimpan di wilayah desa sapit, yang tersebar di beberapa dusun, yaitu dusun batu pandang, batu cangku dan dusun sapit.
Sementara pada fase sejarah, sebelum tahun 1960 silam tiga kekuatan besar pernah singgah di wilayah desa sapit, yaitu: boda, hindu dan islam iti di lihat dari banyaknya ditemukan situsnya dan menjadi barang pajangan di musium yang ada. penemuan 7 buah arca, 1 diantaranya mirip dengan arca-arca yang ada di candi borobudur, sebagai peninggalan abad ke 8, sedangkan dua di antaranya terdiri dari arca dewi tara dan arca awalokitaswara yang saat ini di simpan di musium nasional jakarta, dan satunya adalah arca siwa mahadewa yang tersimpan di musium NTB, sementara yang tersisa masih di simpan oleh warga desa sapit.
Tidak hanya itu situs sejarah seperti bangunan kuno dan segala perlengkapan yang ada, masih tetap di jaga hingga saat ini, masji kuno langgar pusaka desa sapit yangenurut penuturan warga di bangun pada abad 13, 3 buah alqur’a Tulis tangan, 2 buah bahan khutbah yang di tulis dengan bahan daun lontar.
Dari rentetan catatan di atas terbukti bahwa desa sapit adalah salah satu desa di gumi sasak lombok, yang tentu saja luput dari pandangan sejarawan.