Paloh Naga merupakan awal mula penamaan areal pesawahan, tempat yang dulunya tak pernah kering dari air. “Paloh” yang artinya Rawa-rwa, sedangkan “Naga” merupakan mahluk gaib penunggu rawa-rawa.
Gagasan seorang lurah bernama Sastro, untuk membuka wilayah tersebut untuk menjadi tempat pertanian, disambut baik dengan masyarakat. Dengan suka cita masyarakat bergotong-royong untuk membuka areal tersebut untuk dijadikan lahan pertanian.
Namun, mahluk gaib tersebut murka karena wilayahnya diganggu tanpa ijin. Seluruh masyarakat yang terlibat dalam proses gotong-royong jatuh sakit tanpa mampu menggrakkan anggota tubuh mereka. Ruas jalan setapak yang telah ditimbun rusak berserakan, berbentuk kelokan-kelokan ular raksasa.
Dialog gaib pun terjadi antara lurah sastro dan sang penunggu, persembahan kepala kerbau menjadi penebus, untuk ditam di areal rawa-rawa. Sedangkan daginggnya dibagikan kepada mayarakat dega ritual kenduri. Sejak prosesi kenduri tersebut perlahan air pun mulai menyusut, masyarakat yang lumpuh kembali tegak berdiri. Tempat yang awalnya merupak rawa-rawa, perlahan menjadi sumber penghidupan masyarakat Desa Denai Lama.
Sejak saat itu, areal Dusun IV Desa Denai Lama ini Menjadi areal pertanian yang akrab disebut masyarakat dengan sebutan Paloh Naga.
Paloh Naga merupakan awal mula penamaan areal pesawahan, tempat yang dulunya tak pernah kering dari air. “Paloh” yang artinya Rawa-rwa, sedangkan “Naga” merupakan mahluk gaib penunggu rawa-rawa.
Gagasan seorang lurah bernama Sastro, untuk membuka wilayah tersebut untuk menjadi tempat pertanian, disambut baik dengan masyarakat. Dengan suka cita masyarakat bergotong-royong untuk membuka areal tersebut untuk dijadikan lahan pertanian.
Namun, mahluk gaib tersebut murka karena wilayahnya diganggu tanpa ijin. Seluruh masyarakat yang terlibat dalam proses gotong-royong jatuh sakit tanpa mampu menggrakkan anggota tubuh mereka. Ruas jalan setapak yang telah ditimbun rusak berserakan, berbentuk kelokan-kelokan ular raksasa.
Dialog gaib pun terjadi antara lurah sastro dan sang penunggu, persembahan kepala kerbau menjadi penebus, untuk ditam di areal rawa-rawa. Sedangkan daginggnya dibagikan kepada mayarakat dega ritual kenduri. Sejak prosesi kenduri tersebut perlahan air pun mulai menyusut, masyarakat yang lumpuh kembali tegak berdiri. Tempat yang awalnya merupak rawa-rawa, perlahan menjadi sumber penghidupan masyarakat Desa Denai Lama.
Sejak saat itu, areal Dusun IV Desa Denai Lama ini Menjadi areal pertanian yang akrab disebut masyarakat dengan sebutan 'Paloh Naga".