REOG KENDANG
Adalah salah satu kesenian tradisional dari yang berbeda dengan reog lainnya. Sebenarnya Reog kendang lebih mirip pada kumpulan penari jenis alat musik tifa atau jimbe yang di padukan dengan kesenian jaranan, karena dalam bahasa jawa bernama kendang. Di tempat lain, kesenian serupa bernama reog dogdog dari sunda, reog Cemandi dari dan reog bulkio dari Blitar.
Berawal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten yang mencari jati diri ke kota Tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja sebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa penat setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis ketipung yang hanya memiliki satu sisi untuk di pukul. karena memiliki kesamaan dengan para gemblak lainnya, akhirnya dibuatlah sebuah kesenian tersebut dengan tarian, Konon para Gemblak adalah para pemain kuda lumping pada kesenian .
Pada awalnya, Reog kendang bernama tabuhan kendang. karena pada perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan (salah satu kesenian di ponorogo yang saat ini bernama Jaranan di Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Trenggalek, Blitar, Jombang sekitarnya) yang merupakan sebuah hiburan rakyat pada waktu itu. Selain itu Para Gemblak adalah mantan pemain Reog Ponorogo, maka dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di kota Tulungagung.
Sebenarnya Reog Kendang menceritak kisah tentang perjalanan para mantan Gemblak mencari jati diri. karena perkembangan zaman, banyak versi cerita yang di gunakan dalam pementasan.
Versi Panji Klono Sewandono
Cerita pada versi ini tidak berbeda dengan cerita asal mula Reyog Ponorogo maupun Jaranan. Hanya Saja pada Reog kendang menceritakan kegigihan para prajurit dari bantarangin ke kerajaan Daha, Terutama para pembawa alat musik kendang hingga membungkuk yang disebabkan beratnya kendang.
Untuk Reog Kendang versi Gunung Kelud tecipta pada tahun 2014 sebagai kebiasaan masyarakat Tulungagung yang tinggal di sekitar gunung Kelud, yang selalu menghadapi letusan gunung Kelud dan untuk menghilangkan unsur gemblak yang dianggap tidak etis pada lingkungan sosial. Disimpulkan pada cerita versi ini menceritakan tentang prajurit arak-arakan prajurit Daha mengiringi pengantin Ratu Kilisuci ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan atau belum
Tokoh pada Reog Kendang diantaranya adalah Penari pembawa kendang, dengan mengenakan pakaian Jathilan yang ada pada dan menggunakan udeng yang biasa di gunakan oleh para Warok saat itu dengan bentuk Candi Bentar peninggalan majapahit, yang saat ini juga di gunakan masyarakat dan pendekar Minang. Selain itu di beri aksesoris tambahan kain dibentuk bundar yang melingkar di kepala yang merupakan penghargaan dari kerajaan Jepang atas kerja keras para Gemblak yang membantu akomodasi bahan untuk perang.
Para penari kendang memiliki gerakan tari yang khas, yaitu membungkuknya badan. hal ini dikarenakan membawa alat musik kendang saat perjalanan dari kerajaan bantarangin ke kerajaan Daha. Versi lain menatakan bahwa badan yang membungkuk karena para gemblak yang taat, setia dan patuh kepada Warok, maka dari itu sosok warok selalu ada pada kesenian reog kendang tulungagung sebagai pawang atau bomoh.
Musik yang digunakan pada kesenian Reog Kendang menggunakan perkusi Gamelan Reyog seperti Selompret, Gong, Kenong, Kempul, dan tanpa Angklung. tetapi bunyi tetabuhan kendang yang di bawa oleh penari masih dapat di dengarkan, Selain itu juga terdapat nyanyian campursari yang lama.