Itik (bebek) merupakan binatang sejenis unggas yang biasanya dijadikan sebagai binatang petelur. Selain untuk dieram dan ditetaskan kembali, telur bebek biasanya juga dijadikan untk penganan serta minuman khas (teh telur).
Namun, bagi masyarakat nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang itik tidak hanya sebagai unggas petelur. Tetapi menjadi sebuah permainan. Pacu Terbang Itik, sebuah kearifan lokal yang bermula dari sawah.
Bagi masyarakat, itik nyatanya bisa dilatih layaknya atlit. Setelah dilatih, itik-itik ini kemudian bisa dipacu, dan diperlombakan layaknya pacuan kuda. Dengan jarak-jarak tertentu. Mulai dari jarak dekat 800 meter, hingga jarak panjang 1600 Meter. Permainan ini kemudian menjelma sebuah arena pertemuan segenap masyarakat sekali satu tahun. Ketika perhelatannya digelar, semua masyarakat akan keluar rumah dan merayakannya bersama-sama. Baik sebagai pelaku, maupun sebagai penonton.
Jika ditilik dari kesejarahannya Terbang Itik bermula dari ketidaksengajaan, namun ternyata dari ketidaksengajaan itu muncul gagasan yang mengandung nilai budaya.
Berdasarkan literatur milik PORTI (Persatuan Olah Raga Terbang Itik) Kabupaten 50 Kota dan Kota Payakumbuh, bahwa di Jorong Padang Panjang ada seorang Petani bernama Jamin. Jamin lahir sekitar tahun 1901, selain bertani dia juga berternak itik (bebek).
Satu ketika, pagi-pagi sekali, Jamin hendak mengeluarkan itik peliharaannya dari kandangnya. Tiba-tiba 4 ekor itiknya mendahului teman-temannya dengan terbang ke arah lurah (lembah). Lantas, Jamin menjadi heran, dan bertanya-tanya, kenapa ituk-itik tersebut bisa terbang jauh. Kemudian, ia menandai itik yang bisa terbang tersebut dan memisahkannya dari kawanannya.
Keesokan harinya, Jamin menangkap 4 itik tersebut dan melemparkan menuju kawanannya, lagi-lagi itik-itik tersebut terbang melewati kawanannya.
Kabar ini lalu diceritakannya di lapau sambil meminum kopi. Mendengar cerita seru Jamin kemudian orang-orang di lapau tersebut sangat tertarik sekali. Lalu, merekapun membuktikan apa yang disampaikan Jamin.
Beberapa ekor itik tersebut mereka bawa ke Jorong Bukit Kandung dan melemparkan kearah Jorong Padang Panjang, alangkah terkejutnya mereka ternyata itik tersebut terbang jauh hingga 1,5 Km.
Seolah menjadi temuan baru, kemudian itik-itik yang bisa terbang itu dipelihara dengan baik dan diperlakukan berbeda dengan itik-itik yang lainnya. Seperti diatur makannya, dimandikan, dan digosok bulunya layaknya binatang kesayangan.
Lantas saja, cerita ini menyebar ke daerah Sicincin dan Aur Kuning, dan tiga daerah tersebutlah yang menjadi cikal bakal berkembangnya permainan atau olah raga Pacu Itik berkembang hingga sekarang.