Meski terlihat mudah karena tinggal membuka secara perlahan-lahan batu tempat persembunyian kepiting lalu menangkapnya dengan tangan kosong, namun cukup menegangkan karena jika tidak dilakukan secara cepat dan tepat, capit kepiting bisa melukai tangan. Maka teknik menangkapnya adalah dengan cara menimpakan empat jari yang dirapatkan pada punggung kepiting. Pada saat kepiting lolos dan berlari, justru disitulah letak keseruannya, karena wisatawan akan penasaran dan berusaha mengejar. Cahaya senter atau obor yang meliuk-liuk dalam gelap menjadi panorama malam yang unik dari kejauhan.
Jika menginginkan kepiting dalam jumlah banyak, warga setempat memasang umpan berupa daging siput dan nasi di balik batu, karena kepiting akan ramai-ramai mengerumuni umpan tersebut.
Cara mengolah kepiting menjadi makanan sederhana saja. Cukup direbus dengan patikala (tanaman terna) yang asam dan memiliki cita rasa tersendiri. Disantap bersama nasi merah dengan kaki terendam di Laawaa sambil memandang danau yang terbentang luas, adalah sebuah pengalaman yang tidak terlupakan.