Dusun Puton mempunyai beberapa kebun durian masyarakat yang berkembang dari bibit durian lokal sejak masa lampau. Permasalahan muncul karena pohon-pohon durian tersebut merupakan pohon yang tumbuh dari biji alami, dan belum dibudayakan sehingga makin lama jumlah pohon yang tumbuh alamiah tersebut makin menyusut.Dengan adanya pengalaman berkembangnya pohon durian di beberapa kebun masyarakat, maka pada tahun 2009 dusun Puton mengembangkan bibit durian sebagai budidaya pilihan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan buah durian yang dihasilkan. Disamping itu, konsep bagi hasil sebagaian buah yang dihasilkan untuk diserahkan kepada kas dusun/RT merupakan salah satu metoda bagi masyarakat dusun Puton untuk dapat membangun wilayahnya secara mandiri. Pada tahun 2010, Bupati Bantul bersama Hanseo University of South Korea mencanangkan Puton sebagai kampung durian Kabupaten Bantul. Hanseo University of South Korea bersama UGM merupakan salah satu universitas asing yang rutin menjalankan pola kuliah kerja lapangan (field trip) bagi mahasiswanya ke Puton (2x setahun sejak tahun 2006 hingga sekarang). Saat ini pengunjung Korea telah rutin melakukan kunjungan ke Desa Wisata Puton. Konsep Kampung Durian ini merupakan salah satu metoda pemberdayaan masyarakat jangka menengah yang mampu menggiatkan beberpa kegiatan terkait di masyarakat.Kelompok pemuda telah mengembangkan pengelolaan sampah terpadu untuk memanfaatkan sampah menjadi kerajinan daur ulang, kompos dan aneka kegitanan lain. Kompos, pupuk kandang dan sisa biogas dimanfaatkan untuk mendukung pemupukan pohon Durian dan pertanian organik lainnya. Disamping itu Desa Wisata Puton mengembangkan penghijauan jenis buah yang berbeda setiap tahunnya, yaitu 2009 (jeruk pecel), 2010- 2012 (durian), 2013-2014 (sirsak).