Jathilan Kudho Kartiko
Kesenian Kudho Kartiko dirintis sejak tahun 1986. Kudho berarti “ sarana para leluhur” kartiko berarti bintang. Jadi Kudho Kartiko diartikan sebagai sarana untuk menuju bintang. Paguyuban kesenian Jathilan ini diketuai oleh Bapak Sunarto. Dalam sekali pentas, kudho kartiko menampilkan 4 babag, dengan tarif Rp. 3000.000,-
Seorang penari Jathilan sebagai media utama dalam pengungkapan gerak adalah tubuh.
Gerak tari Jathilan dapat digali dari gerak tari yang sudah ada, disesuaikan dengan gerakan dan iringannya. Tari Jathilan merupakan tari berpasangan yang ditarikan oleh 2 orang penari.
Makna Bentuk Simbolik Tari Jathilan
- Dari segi gerak tari Jathilan adalah ungkapan jiwa keprajuritan. Keprajuritan yang dimaksud berlatih perang di atas kuda.
- Dari segi busana tari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit. terdiri dari warna hitam, merah, putih dan kuning. Hal ini mengandung arti dan karakteristik sendiri-sendiri yaitu:
- Warna hitam melambangkan sifat berwibawa, tenang dan berisi.
- Warna merah berarti berani sesuai dengan karakter yang heroic (terbuka dan terus terang).
- Warna putih berarti keberanian yang dilandasi dengan tujuan suci.
- Warna kuning berarti mempunyai cita-cita untuk memperoleh kebahagian dan kejayaan.
- Dari segi properti yang digunakan penari Jathilan adalah Jaran, yang dikenakan penari sebagai alat bantu waktu menari.
- Dari segi tata rias, tari Jathilan menggambarkan simbolisasi seorang prajurit yang gagah dan pemberani, hal tersebut nampak pada alis dan godheg.
- Dari segi iringan, tari Jathilan dalam gendhing sampak menggambarkan simbolisasi jiwa kesatria yang tangguh dan unggul, dalam gendhing obyog menggambarkan simbolisasi jiwa prajurit yang halus, lembut dan lemah gemulai, gendhing panaragan menggambarkan simbolisasi jiwa prajurit yang berani.
Jadi, Tari Jathilan adalah penggambaran seorang prajurit yang halus dan lemah lembut, namun memiliki jiwa yang kuat, tangguh, dan percaya diri.