Salawat Dulang adalah penceritaan cerita tentang kehidupan Nabi Muhammad, cerita yang memuji Nabi Muhammad, atau cerita yang berhubungan dengan persoalan agama Islam dengan diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar itu. Salawat dulang berkembang hingga saat ini. Dari dulunya yang hanya tampil dua orang (satu klub) untuk menyajikan buah kaji, selanjutnya salawat dulang ditampilkan oleh empat orang (dua klub) yang masing-masing membawakan buah kaji yang mereka kuasai.
Lama-kelamaan berkembang pula menjadi kompetisi uji kemampuan dengan cara saling mengajukan pertanyaan dan menjawabnya. Penyajian salawat dulang juga berkembang dengan adanya pembahasan berupa masalah-masalah yang sedang berkembang di dalam masyarakat. Bahkan, di daerah Kamang-Agam, pernah terkenal “Hikayat Perang Kamang” yang merupakan cerita sejarah, yang berbeda dengan pembahasan ajaran-ajaran Islam. Namun begitu, salawat dulang tetap tidak meninggalkan aspek-aspek ajaran Islamnya, salah satunya dengan membaca salawat di awal pertunjukannya.
Irama lagu yang digunakan untuk mengiringi pendendangan teks salawat dulang juga berkembang. Dulu ketika tradisi ini berkembang di daerah Malalo, irama yang digunakan adalah “Lagu Malalo”. Sekarang berkembang ada seperti “Lagu Solok” di Solok, “Lagu Salayo” di Salayo, “Singkarak Manangih”, dan sebagainya. Sehingga, irama salawat dulang sangat beragam dan seringkali menunjukkan kekhasannya masing-masing di tiap daerah.
Saat ini, irama lagu yang digunakan juga tidak terbatas hanya kepada lagu-lagu khas daerah Minang. Tetapi juga irama lagu pop, dangdut, bahkan belakangan mulai ada irama lagu-lagu tradisional dari daerah lain di Indonesia, seperti “Es Lilin” dari Sunda, dan “Butet” dari Batak.
==============================II===II===II=============================