Rabab merupakan salah satu kesenian musik khas Minangkabau yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, karena rabab merupakan suatu media pembelajaran tentang kearifan budaya yang ada di Minangkabau. Ada beberapa macam jenis dari rabab yang tersebar didaerah Minangkabau diantaranya Rabab Darek, Rabab Pariaman, dan Rabab Pasisie.
Alat yang digunakan dalam kesenian musik rabab ini berupa biola. Jika ditinjau dari historisnya, sebelum bangsa Eropa (Portugis, Inggris, Belanda) datang ke daerah Pesisir Selatan, daerah ini telah berada dibawah kekuasaan Aceh. Pedagang Aceh yang menyebarkan agama Islam juga membawa pengaruh alat musik rabab. Alat musik ini mirip dengan yang ada di Aceh, Pariaman, Banten dan Deli. Rabab tersebut terbuat dari tempurung dengan dawai senarnya sebanyak tiga buah.
Hal tersebut secara tidak langsung melunturkan nilai adat istiadat yang terkandung didalamnya, karena setiap kaba yang disampaikan mempunyai makna tersendiri. Dan juga pesan-pesan kehidupan dan nilai-nilai adat yang disampaikan dalam rabab masa lampau juga jarang ditemukan, pada saat sekarang ini banyak kaba yang berisikan cerita cinta yang dangkal dan tidak menyampaikan pesan moral.
Bahasa yang digunakan dalam menyampaikan kaba pada rabab dahulu menggunakan bahasa Minang yang saat ini sudah jarang kita dengarkan, apakah anak muda dapat mengerti bahasa Minang yang sudah jarang digunakan dan memahami makna dari kaba yang disampaikan. Karena untuk memahami sebuah pesan kita harus mengerti dulu bahasa yang digunakan.
Melihat perkembangan zaman, sudah banyak media yang menggunakan teknologi yang canggih yang dapat memanjakan kebanyakan anak muda, tidak bisa dipungkiri bahwa rabab juga merupakan sebuah media penyampaian pesan. Apakah saat ini rabab masih bisa dikatakan sebagai sebuah media? Dapat kita lihat pemerintah tidak terlalu konsentrasi terhadap kesenian yang kita punya.