Warga Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan kembali menggelar tradisi perang menyambut kelahiran bayi kembar berjenis kelamin laki laki dan perempuan Minggu (28/3). Tradisi perang itu terkait lahirnya anak dari pasangan Eris dan Puti yang merupakan kembar beda kelamin.
Zalmi Jolelo Tokoh Masyarakat Amping Parak menyebutkan, baparang merupakan salah satu tradisi yang unik di Banda X (kawasan tengah Pesisir Selatan) saat menyambut anak kembar masing-masing berbeda jenis kelamin atau disebut anak sumbang. Jika anak lahir dalam keadaan seperti itu harus digelar “perang”. Tradisi ini dikenal dengan sebutan baparang.
Selanjutnya Pjs Walinagari Amping Parak Habil Rivai menyebutkan, tradisi baparang masih melekat erat dalam kehidupan masyarakat, terutama sekitar Amping Parak, Lengayang, Balai Selasa dan Sutera, Batang Kapas dan Linggo Saribaganti. Nyaris tidak ada yang melewatkan kegiatan ini, jika yang lahir adalah anak kembar berbeda jenis kelamin.
Menurutnya, tidak pula jelas, sejak kapan tradisi perang menyambut kelahiran anak sumbang tersebut di mulai di Pesisir Selatan. Tidak ada catatan rinci tentang ini. Namun diyakini masyarakat, jika perang tidak dilaksanakan, anak kembar dengan jenis kelamin berbeda tersebut akan menimbulkan banyak persoalan di kemudian hari. Misalnya, hingga tumbuh dewasa mereka sulit dipisahkan padahal mereka berlainan jenis kelamin, jika kedua duanya lelaki tidak menjadi masalah.
Bagai mana peperangan dilaksanakan? Jangan di bayangkan pula akan terjadi perang berdarah -darah.Menurutnya, yang berperan penting dalam peperangan anak sumbang adalah induak bako. Induak bako dengan pasukan lengkap mengatur strategi sedemikian rupa. Namun sebelum peperangan digelar, induak bako sang anak kembar tadi mengabari orang tua serta ninki mamak yang ada, bahwa akan ada penyerangan pasukan induak bako kerumahnya.
Pasukan di dandani sedemikian rupa. Pakaian pasukan biasanya menggunakan berbagai jenis daunan hingga menyerupai hantu. Misalnya daun pisang yang telah kering dililitkan ke seluruh tubuh. Wajah ditutup topeng. Ada pula memanfaatkan pelepah pisang dan pelepah kelapa sebagai kuda, layaknya kuda lumping. Pelepah pisangpun dibentuk menyerupai senjata mainan dan tiang bendera. Beberapa anggota pasukan lainnya memegang batok kelapa.
Selanjutnya amunisi. Amunisi utama yang dipersiapkan induak bako adalah pisang rebus. Namun di nagari lain juga menyediakan ubi rebus, lapek dan sejumlah makanan lainnya. Jika perbekalan dan asesoris tadi telah lengkap, pasukan berarti telah siap untuk melakukan penyerangan.
Selanjutnya menurut keterangan Samsidar (75) warga yang ikut dalam baparang, kedatangan pasukan telah ditunggu ibu bapak si anak kembar. Berdiam saja di dalam rumah menjelang peperangan berakhir. Termasuk para ibu (etek) dari anak kembar juga berlindung di dalam.
Setelah pasukan induak bako sampai di halaman rumah, maka salah satu anggota pasukan, mulai mengeluarkan kalimat - kalimat bernada provokasi dan kata - kata mengandung makna kekecewaan. "Misalnya, hoi apak paja, manga ang paduoan anak kami. (Hei…Ayah anak kembar, mengapa engkau punya anak kembar masing masing jenis kelamin berbeda-red). Saat, itu seisi rumah tidak akan menjawab," katanya.
Puas mengeluarkan kata - kata seperti itu, "komandan" perang memerintahkan untuk menyerang rumah, caranya dengan melempar "amunisi" berupa rebus pisang tadi sembari memukul - mukul batok kelapa. Peluru ada yang mengenai dinding, atap, atau terserak begitu saja di halaman. Suasanapun jadi riuh. Saat amunisi telah habis, pasukan mengitari rumah sasaran sebanyak tiga kali diiringi suara pukulan tempurung kelapa. Lalu perang usai dan kedua pihak berdamai.
Selanjutnya, para ibu - ibu yang telah menunggu di dalam membukakan pintu dan mempersilahkan pasukan masuk ke dalam rumah. Pasukan dengan tertib satu persatu menghampiri anak kembar, adapula yang menimang - nimang.
Peperangan akhirnya ditutup dengan doa bersama yang di pimpin oleh seorang alim. Memohon kepada Allah kelak anak ini ditunjukkan jalan yang lurus. Dengan demikian salah satu kekhawatiran dianggap telah hilang.