Tari Kejei merupakan kesenian rakyat Rejang yang dilakukan pada setiap upacara kejei berlangsung. upacara kejei merupakan hajatan terbesar di suku Rejang. dikatakan hajatan terbesar karena yang mengangkat hajat kejei tersebut merupakan orang-orang yang mampu.dengan pemotongan beberapa kerbau, kambing atau sapi sebagai syarat sahnya upacara kejei. Tarian tersebut dimainkan oleh para muda-mudi di pusat-pusat desa pada malam hari di tengah-tengah penerangan lampion.
Kekhasan tari ini adalah alat-alat musik pengiringnya terbuat dari bambu, seperti kulintang, seruling, dan gong. Tarian dimainkan sekelompok orang yang membentuk lingkaran dengan berhadap-hadapan searah menyerupai jarum jam.
Tarian ini pertama kali dilaporkan oleh seorang pedagang Pasee, bernama Hassanuddin Al-Pasee yang berniaga ke Bengkulu pada tahun 1468. Tapi, ada pula keterangan dari Fhathahillah Al Pasee, yang pada tahun 1532 berkunjung ke tanah redjang. Tari Kejei pertama kali dibawakan saat pernikahan Putri Senggang dengan Biku Bermano., yang menurut kisahnya buku pelaksanaan "kejei" tersebut disimpan di dalam perut Biku Bermano. "Kejei" pertama kali dilaksanakan adalah kejei pernikahan Putri Senggang dan Biku Bermano.
Tari Kejei dipercaya sudah ada sebelum kedatangan para biku dari Majapahit. Sejak para biku datang, alat musiknya diganti dengan alat dari logam, seperti yang digunakan sampai saat ini. Acara kejei dilakukan dalam masa yang panjang, bisa sampai 9 bulan, 3 bulan, 15 hari atau 3 hari berturut-turut.
Tari ini adalah tarian sakral yang diyakini masyarakat mengandung nilai-nilai mistik, sehingga hanya dilaksanakan masyarakat Rejang dalam acara menyambut para biku, perkawinan dan adat marga. Pelaksanaan tari ini disertai pemotongan kerbau atau sapi sebagai syaratnya.