Sumber mata air Kalibacin di Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, sejak ratusan tahun silam telah menjadi lokasi tujuan banyak orang untuk menyembuhkan ancaman penyakit. Tak pernah kering meski musim kemarau panjang melanda, pemandian Kalibacin telah menjadi simbol pemanfaatan kekayaan alam untuk kebermanfaatan khalayak luas.
Bermula di abad ke-17, pada tahun 1872, wedana Banyumas saat itu, R Dipowinoto mulai menjadikan sumber mata air Kalibacin sebagai pemandian umum bernama Tamba Wringin Tirta Hoesada. Perluasan mata air Kalibacin menjadi sendang bisa dikatakan pula rintisan obyek wisata tertua dan bersejarah di Kabupaten Banyumas.
Kalibacin sendiri memiliki muatan arti berbau kurang sedap. Sejarah panjang Kalibacin mulai dari berawal nama Tuk Sumingkir sampai Tirta Hoesada diabadikan dalam tembang dandanggula yang ditulis dalam aksara Jawa. Tembang tersebut terdiri dari 45 baris yang dibagi dalam 2 bidang masing-masing 23 baris dan 22 baris.
Kini, prasasti tersebut ditulis kembali di atas papan yang terpasang di dinding kamar mandi rendam bangunan warisan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sederet nama yang pernah berjasa melestarikan pemandian ini terpampang di dalamnya yakni R Danoesoebroto (1909), R Diposoebroto (1992), R Poerwodibroto (1924) dan RM Tjokrodiprodjo (1928). Nama-nama itu merujuk pada penguasa setempat yang terus berupaya memelihara dan mengembangkan pemandian semakin nyaman didatangi banyak orang.